Liputan6.com, Bengkulu - Ketergantungan pasien pengidap penyakit Thalasemia terhadap darah menggugah ratusan pemuda Kota Bengkulu untuk membentuk komunitas relawan darah. Mereka rutin donor darah untuk kebutuhan pasien Thalasemia supaya ada jaminan stok darah.
Thalasemia merupakan penyakit yang ditandai dengan gangguan dan ketidakmampuan memproduksi eritrosit dan hemoglobin atau memproduksi darah secara sempurna.
"Ini murni gerakan kemanusiaan sukarela," kata Ketua Komunitas Relawan Darah Bengkulu, Leo Fathi Bakti, Jumat (9/6/2017).
Antusias para pemuda yang tergabung dalam komunitas ini terlihat dari pengelompokan dalam media sosial WhatsApp Group yang langsung terbagi dalam kategori golongan darah. Satu grup golongan darah A, B, AB dan O berkumpul lebih dari 100 orang relawan yang terus berkomunikasi secara rutin.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan pihaknya mengajak para pemuda untuk menjadikan donor darah sebagai gaya hidup, sedekah sosial dan melakukannya dengan gembira. Untuk Bengkulu sendiri, tingkat kepedulian warga melakukan donor darah sukarela di Bengkulu saat ini masih rendah.
"Kita sangat jauh tertinggal dengan warga Bandung, mereka tidak pusing lagi karena memiliki masyarakat yang sangat sadar donor darah," katanya.
Siti Muharti, yang memiliki dua orang anak penderita Thalasemia, mengatakan dalam satu bulan dibutuhkan sebanyak delapan kantong darah untuk ditransfusi ke badan kedua anaknya. Jika tidak ditransfusi tentu saja anaknya langsung lemas, pucat dan mengancam keselamatan jiwa.
"Selama ini kami cemas, kebingungan dan selalu meminta kepada Palang Merah Indonesia dan seluruh keluarga," ujar Siti.
Karena keterbatasan jeda waktu orang untuk melakukan donor darah, ancaman kekurangan stok terus membayangi. Dengan terbentuknya komunitas ini, dia dan keluarga bisa sedikit bernafas lega karena ada jaminan stok darah tidak akan kosong.
"Alhamdulilah kami sangat berterima kasih dengan gerakan ini, semoga Tuhan membalasnya," kata Siti Muharti.