Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Data cadangan devisa yang naik memberikan tenaga kepada rupiah.
Mengutip Bloomberg, Jumat (9/6/2017) rupiah dibuka di level 13.305 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.298 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.285 per dolar AS hingga 13.308 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 1,32 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.292 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.316 per dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah mampu menguat pada penutupan perdagangan kemarin setelah sebelumnya sempat melemah di pembukaan mengikuti penguatan dolar AS.
"Sentimen positif dari kenaikan harga batu bara serta rilis data ekonomi domestik sepertinya memberikan dukungan ke rupiah. Selain itu, cadangan devisa di Mei 2017 kembali diumumkan naik," jelas dia.
Akan tetapi dolar AS diperkirakan masih menguat dalam jangka pendek sehingga tekanan pelemahan rupiah akan lebih kuat dalam jangka pendek.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia tercatat US$ 124,95 miliar pada akhir Mei 2017. Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi akhir April 2017 yang sebesar US$ 123,25 miliar.
Kenaikan cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.
"Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, Kamis (8/6/2017).
Posisi cadangan devisa per akhir Mei 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.