Liputan6.com, Kulon Progo - Sebuah masjid di wilayah Semaken 1, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata menyimpan jejak sejarah Sunan Kalijaga. Masjid Kedondong namanya.
Masjid itu diyakini sebagai masjid tertua di Kulon Progo. Berdasarkan cerita turun temurun, masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Sunan Kalijaga itu bahkan dibangun sebelum Masjid Demak.
Takmir Masjid Kedondong, Solihudin Qosim mengatakan masjid ini merupakan peninggalan dari Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam waktu itu. Dalam pengembaraan itu, ia beristirahat di dekat Sungai Tinalah yang berada di sebelah barat masjid.
Saat itulah, Sunan Kalijaga meminta muridnya yang bernama Adipati Terung untuk membangun masjid. Sunan Kalijaga menandai lokasi dengan menancapkan tongkatnya untuk dibangun masjid.
"Sunan Kalijaga memerintahkan untuk membangun masjid. Setelah itu memberikan tanda seperti tongkat untuk didirikan bangunan itu. Lalu sunan Kalijaga melanjutkan perjalanan ke Demak," ujar Qosim, Selasa, 6 Juni 2017.
Qosim mengatakan setelah mendapat perintah dari Sunan Kalijaga itu lalu Adipati Terung meneliti tanda tau tetenger (pembangunan) dari Sunan Kalijaga. Setelah diteliti, tongkat itu dekat dengan sungai.
Baca Juga
Advertisement
Ia lalu berpikir masjid nanti bisa terkikis oleh Sungai Tinalah tersebut. Oleh Adipati Terung, tanda itu digeser agak ke timur sekitar 100 meter dari tetenger. Bangunan masjid akhirnya didirikan tidak sesuai anjuran Sunan Kalijaga.
"Lalu, ketika Sunan Kalijaga kembali ke sini, ia kecewa karena tidak sesuai dengan perintahnya. Masjid belum selesai dan belum diberi atap. Ia berkata 'bodho temen opo wis tak tetenger ora dilaksanakan masjid ora dikei tutup atau atap ( bodoh sekali, udah dikasih tanda tidak dilaksanakan, masjid ga dikasih atap)', akhirnya dikasih daun alang-alang," tutur Qosim.
Karena sikap Adipati Terung yang tidak mendengarkan perintah Sunan Kalijaga itu, ia lalu dikenal dengan sebutan nama Adipati Bodho atau Panembahan Bodho.
Pasalnya, saat ini lokasi tetenger dari Sunan Kalijaga juga masih jauh dari Sungai Tinalah. Bahkan, di dekat tetenger itu juga muncul belik atau mata air yang hingga saat ini airnya masih keluar.
"Di sebelah pohon, ada belik. Itu pertimbangan dari Sunan Kalijaga," ujarnya.
Qosim menceritakan tetenger berupa tongkat dari Sunan Kalijaga saat ini masih ada. Namun, tongkat itu tumbuh subur menjadi pohon Angsana yang terlihat dari masjid.
"Tanda itu masih dan tumbuh menjadi pohon Angsana dan subur di sebelah barat masjid," ujarnya.