Liputan6.com, Jeddah - Seperti calon pengantin lain, Sarah dan Ibrahim tak sabar menunggu hari besar mereka akhir bulan ini. Tapi rencana pernikahan mereka menjadi korban krisis diplomatik tiga negara: Qatar, Yaman, dan Arab Saudi.
Sarah adalah perempuan asal Yaman, namun ia tinggal di Arab Saudi. Jauh-jauh hari ia sudah berburu gaun pengantin dari satu toko ke yang lain.
Advertisement
Hari pernikahannya sudah ditentukan pada 27 Juni 2017 -- hari kedua Idul Fitri. Namun, impiannya jadi mempelai di hari itu pupus, gara-gara krisis Teluk yang kini tengah terjadi.
"Tunangan saya memberitahu bahwa sesuatu yang buruk akan menunda rencana pernikahan kami," kata Sarah kepada Arab News yang dikutip Jumat (9/6/2017).
Ibrahim calon suami Sarah adalah warga Qatar. Ia berencana terbang ke Taif, Mekah untuk melangsungkan pernikahan. Namun rencana mulia itu tertahan setelah krisis diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya, meletus di Teluk dan wilayah lainnya pada Senin 5 Juni 2017.
Arab Saudi dan sejumlah negara lain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar atas tuduhan mendukung kelompok terorisme.
Pasangan itu berbicara kepada Arab News dengan merahasiakan nama keluarganya.
Sehati dengan kekasihnya Sarah, Ibrahim yang tahu perkembangan terakhir tentang krisis Teluk pun langsung menemui orang tuanya, membicarakan terkait rencana pernikahannya.
Ibu Sarah pun sedih melihat nasib putrinya itu. Rencana penting itu terpaksa ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut.
"Cepat atau lambat, hal ini akan berubah baik-baik saja," kata Sarah. "Saya tidak ingin terdengar terlalu romantis, tapi kami akan memberitahu anak-anak kami nanti betapa sulitnya untuk menyelamatkan pernikahan ini," tambahnya sambil tertawa.
Tak Ada Harapan?
Sarah lahir dan dibesarkan di Arab Saudi belum pernah ke Yaman sebelumnya.
"Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang saya tahu dan telah saya anggap sebagai rumah," katanya. "Saya akan senang bisa mengunjungi rumah nenek moyang suatu hari nanti, ketika situasi (di Yaman) lebih baik."
Saat ini, Yaman bergabung dengan Arab Saudi untuk memutuskan hubungan dengan Qatar. Kondisi tersebut membuat hubungannya dengan sang kekasih terguncang konflik negara.
"Tunangan saya adalah warga Qatar, dan saya orang Yaman yang tinggal di Arab Saudi. Ini kasus yang tak ada harapan ...tertutup dari semua sisi. Saya merasa tak berdaya, " ucap Sarah.
Ibrahim mengatakan kepada Arab News bahwa ia menyesali konflik yang akan mempengaruhi kehidupan banyak orang.
Konflik serupa pernah terjadi pada 2014. Saat itu Arab Saudi, UEA dan Bahrain menarik duta besar mereka dari Doha yang dituduh mendukung kelompok-kelompok teror - seperti Ikhwanul Muslimin - dan media yang menghasut kebencian dan radikalisme. Ketegangan itu dipulihkan dengan syarat bahwa Qatar akan memenuhi permintaan sesama anggota Gulf Cooperation Council (GCC).
Ibrahim pun berharap saat ini solusi terbaik seperti itu bisa didapatkan.
"Saya tidak ingin berpikir bahwa itu nasib buruk, ... saya sangat berharap akan menjadi lebih baik segera," kata Ibrahim. "Yang benar-benar menyakiti kami adalah rencana pernikahan pada Idul Fitri nanti, yang seharusnya bersukacita, tapi sekarang rencana kami sia-sia."
Pernikahan itu bukan satu-satunya acara yang dibatalkan akibat krisis Teluk. Rencana Ibrahim dan saudara-saudara perempuannya ke Arab Saudi pekan depan juga gagal.
Tak ada lagi pesta ulang tahun untuk Sarah pada 24 Juni.
"Ini adalah ulang tahun pertamanya setelah mereka bertunangan. Kali pertama selalu penting ... kami ingin berada di sana," kata adik Ibrahim, Hanaa, yang sudah membeli hadiah. "Saya mungkin hanya bisa mengirimkannya".
Ibrahim pun hanya bisa mengirim kue ulang tahun dengan pesan cinta. "Saya tidak ingin dia merasa ketidakhadiran saya di hari penting ini."