Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah menjelang akhir pekan ini. Investor asing pun masih melakukan aksi jual.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (9/6/2017), IHSG merosot 27,39 poin atau 0,48 persen ke level 5.675,52. Indeks saham LQ45 susut 0,62 persen ke level 950,48. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan kecuali indeks saham Pefindo25 naik 0,27 persen.
Ada sebanyak 174 saham merosot sehingga menekan IHSG. Sedangkan 140 saham menguat dan menahan pelemahan IHSG. 118 saham lainnya diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 278.806 kali dengan volume perdagangan 7,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 6,9 triliun. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 1,02 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.289.
Baca Juga
Advertisement
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham susut kecuali sektor saham industri dasar naik 0,11 persen dan sektor saham infrastruktur mendaki 0,39 persen. Sektor saham aneka industri melemah 1,61 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham keuangan merosot 0,98 persen dan sektor saham pertanian tergelincir 0,72 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham FIRE melonjak 50 persen ke level Rp 750 per saham, saham FINN naik 34,83 persen ke level Rp 240 per saham, dan saham ESTI menanjak 34,55 persen ke level Rp 148 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BGTG turun 10,20 persen ke level Rp 132 per saham, saham ASBI merosot 9,74 persen ke level Rp 352 per saham, dan saham FAST tergelincir 9,62 persen ke level Rp 1.410 per saham.
Menjelang akhir pekan ini, bursa Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,13 persen ke level 26.030 dan indeks saham Taiwan susut 0,26 persen ke level 10.199. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,77 persen ke level 2.381,69, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,52 persen ke level 20.013, indeks saham Shanghai menanjak 0,26 persen ke level 3.158,40, dan indeks saham Singapura naik 0,53 persen ke level 3.254.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, sentimen negatif bayangi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal itu ditunjukkan dari pelaku pasar yang juga mengabaikan sentimen dari rilis cadangan devisa sempat sentuh posisi tertinggi mencapai US$ 124 miliar pada Mei 2017.
Aditya menilai, IHSG alami sentimen negatif dengan pergerakan saham-saham unggulan terutama dari sektor bank dan aneka industri tertekan. Pelaku pasar dinilai merealisasikan keuntungan di sejumlah saham bank dan aneka industri, salah satunya saham PT Astra International Tbk (ASII).
"Saham unggulan terutama di sektor bank dan PT Astra International Tbk turun. Tren profit taking terjadi sejak 18 Mei hingga sekarang. Ini juga terlihat dari 4-5 Juni sudah banyak tekanan di saham unggulan terutama bank dan aneka industri," jelas dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, pelaku pasar juga mencari sentimen positif lainnya usai IHSG sentuh level tertinggi setelah lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's menaikkan peringkat utang pemerintah Indonesia.
Aditya menuturkan, pelaku pasar merespons negatif dari sejumlah peristiwa di global antara lain pemilihan umum di Inggris dan teror bom di London. Ditambah menanti hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve.
"Pasar juga mengantisipasi pertemuan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve pada pekan depan. Kemungkinan the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada pertemuan Juni 2017. Kemungkinan kenaikan mencapai 50 persen," kata dia.