Liputan6.com, Manila - Kelompok militan Maute yang menyerang kota Marawi didukung oleh sejumlah politisi lokal. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Panglima Militer Filipina Jenderal Eduardo Ano.
"Ini kombinasi antara sejumlah politisi, warga sipil, anggota Maute, dan para pemimpinnya," demikian disampaikan Ano seperti dilansir AFP dan dikutip Asian Correspondent, Jumat (9/6/2017).
Advertisement
Ano mengatakan, pihak berwenang telah memiliki 200 daftar orang yang dicari. Mereka diduga membantu kelompok Maute saat terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan pemerintah di mana setidaknya 200 orang tewas dalam peristiwa ini.
Pertarungan di kota Marawi yang melibatkan militan Maute dan pasukan Filipina telah berkecamuk selama dua pekan. Perang dimulai pada 23 Mei, atau tepatnya ketika pasukan Filipina melancarkan operasi untuk menangkap Isnilon Hapilon, seorang mantan pemimpin Abu Sayyaf yang jadi buronan nomor satu di Filipina.
Sebelumnya, pada Selasa lalu, pihak berwenang menangkap pemimpin lokal dan anggota kelompok Maute senior beserta keluarganya saat mereka memasuki Davao City melalui pos pemeriksaan Sirawan. Anggota kelompok Maute senior tersebut diidentifikasi polisi sebagai Cayamora Maute, ayah dari duo Maute.
Maute adalah salah satu kelompok militan utama yang dinamai sama dengan nama keluarga dua laki-laki bersaudara, Abdullah Maute dan Omar Maute.
Juru bicara militer regional Brigadir Jenderal Gilbert Gapay mengatakan, sebelum perang pecah di Marawi ada laporan bahwa Casamora Maute adalah pendukung setia kelompok militan itu. Dia dikabarkan menyediakan logistik dan keuangan selama bertahun-tahun.
"Sebagai kepala klan Maute, Tuan Cayamora Maute dianggap sebagai salah satu 'otak' kelompok teror Maute yang berafiliasi dengan ISIS," ungkap Gapay.
Menurut Gapay, tetua klan Maute tersebut telah dibawa ke Manila pada Kamis menyusul terdapat kemungkinan kelompok militan itu akan berusaha membebaskannya.
Pertarungan antara kelompok Maute dan militer Filipiba meningkatkan kekhawatiran bahwa Pulau Mindanao di Filipina selatan yang saat ini tengah berada di bawah darurat militer telah menjadi basis regional bagi ISIS, terutama di tengah menurunnya eksistensi mereka di Suriah dan Irak.
Dugaan tersebut dikuatkan dengan perkiraan terdapat 40 gerilyawan asing yang bergabung dengan Maute. Mereka berasal dari sejumlah negara seperti India, Arab Saudi, Maroko, Chechnya, Malaysia, bahkan Indonesia. Data intelijen yang beredar menyebut bahwa jaringan ISIS Filipina mungkin sekitar 1.200 orang.