Liputan6.com, Chicago - Harga emas melemah, dan melanjutkan penurunan dalam tiga hari perdagangan. Selama sepekan, harga emas tertekan meski pasar diliputi sentimen drama politik yang biasanya dapat mendorong harga logam.
Harga emas untuk pengiriman Agustus turun US$ 8,10 atau 0,6 persen menjadi US$ 1.271,40 per ounce. Selama sepekan, harga emas tergelincir 0,7 persen, dan penurunan pertama dalam sebulan. Harga perak untuk pengiriman Juli tergelincir 1,1 persen ke level US$ 17.223 per ounce.
Pergerakan harga emas pada Jumat sedikit dipengaruhi hasil pemilihan parlemen di Inggris yang memberikan hasil menakjubkan. Baik partai konservatif dan buruh memiliki suara mayoritas di parlemen. Partai konservatif pun perlu mendapatkan dukungan dari luar untuk setiap pemungutan suara di parlemen.
Baca Juga
Advertisement
"Tidak ada keraguan, hasil pemilihan di Inggris telah membawa ketidakpastian sampai pada klimaksnya. Namun faktanya tetap itu hanya masalah domestik. Pelaku pasar pun tidak begitu peduli dengan hal ini," tutur Analis ThinkMarkets, Naeem Aslam, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (10/6/2017)..
Tekanan terhadap harga emas juga dipicu indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat 0,4 persen. Dolar AS menguat membuat harga emas lebih mahal bagi pihak yang menggunakan mata uang selain dolar AS.
"Secara teknikal, harga emas gagal sentuh US$ 1.300, dan sedikit jenuh beli dalam waktu dekat. Fokus ke depan untuk harga emas yaitu pertemuan the Federal Reserve pada pekan depan," ujar Bill Baruch, Kepala Riset iiTrader.
Bank sentral AS atau the Federal Reserve akan merilis hasil pertemuan pada 14 Juni. Diperkirakan suku bunga the Federal Reserve naik, dengan prediksi mencapai 99,6 persen.
Selain itu, investor juga mencerna kesaksian mantan Direktur FBI James Comey di senat. "Kesaksian Comey tidak mengakibatkan pasar terlalu takut menjelang persidangan," tutur Adam Koos, Presiden Direktur Libertas Wealth Management.