Liputan6.com, Manila - Juru bicara militer Filipina Brigjen Restituto Padilla Jr berjanji akan mengibarkan kembali bendera nasional di seluruh Marawi pada 12 Juni 2017, tepat pada hari kemerdekaan Filipina.
Sejauh ini, tentara Filipina sebenarnya telah melewati tenggat waktu yang sebelumnya ditentukan untuk menyingkirkan militan dari Marawi.
Advertisement
Namun menurut juru bicara Pasukan Gabungan Marawi, Letnal Kolonel Jo-ar Herrera, saat ini militan hanya dapat bergerak di tiga distrik di dalam kota. "Terorisme di dalam kota kian mengecil dari hari ke hari," katanya seperti dilansir BBC, Minggu (11/6/2017).
Di lain sisi, pasukan khusus Amerika Serikat telah diterjunkan dalam pertempuran Marawi. Namun pasukan tersebut menyediakan bantuan teknis dan bukan untuk bertempur.
"Mereka tidak bertempur. Mereka hanya menyediakan bantuan teknis," ujar Letkol Herrera.
Kedutaan Besar AS di Manila mengonfirmasi kehadiran pasukan Negeri Paman Sam. Meski tak masuk ke rincian operasional, namun mereka mengatakan bahwa pasukan AS datang atas permintaan pemerintah Filipina.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte sendiri dikenal sangat kritis terhadap AS sejak dirinya menjabat pada Juni 2016. Ia beberapa kali mengancam akan mengusir tentara AS yang ada di negaranya.
Namun pada April 2017, Gedung Putih menyebut perbincangan Duterte dengan Donald Trump berlangsung hangat.
Pertempuran di Marawi Filipina terjadi sejak akhir Mei lalu setelah pengepungan militan oleh militer Filipina mendapat balasan. Ratusan militan yang dipimpin oleh Isnilon Hapilon dan Maute bersaudara, Omar dan Abdullah, diyakini masih bersembunyi di kota tersebut.
Pertempuran terakhir di kota tersebut telah menewaskan 13 tentara Angkatan Laut Filipina. Jumlah pasukan Filipina yang tewas dalam konflik itu telah mencapai 58 orang.
Menurut pemerintah, setidaknya 138 militan dan 20 warga sipil juga tewas dalam pertempuran tersebut.