Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise bertanya kepada anak dan perempuan yang berdomisili di tepi Kali Code Yogyakarta. Pertanyaan itu membuat riuh suasana dan mendapat jawaban spontan
"Anak-anak, apa guru suka main pukul? Main di lingkungan sini dipukul orang tidak?" tanya Yohana saat berkunjung ke Kampung Wisata Code, Sabtu petang, 10 Juni 2017.
Advertisement
Pertanyaan Menteri Yohana itu dijawab serempak oleh anak-anak dan sebagian orangtua dengan kata tidak.
Dia pun senang dengan jawaban tersebut. Yohana meminta anak-anak untuk melaporkan kepadanya apabila ada kejadian itu.
"Bagus ini berarti kampung ramah anak, lapor ke saya kalau ada yang pukul anak biar saya laporkan ke polisi," ucap dia.
Pertanyaan berlanjut. Kali ini giliran ibu-ibu di tempat itu yang menjawab dengan kata tidak ketika Yohana bertanya apakah ada KDRT. Dia juga berpesan hal yang sama seperti kepada anak-anak, yakni melaporkan kepadanya apabila ada kejadian kekerasan di rumah tangga
Yohana menuturkan, Indonesia dipilih menjadi 10 negara besar di dunia. Ada tiga alasan, yaitu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, toleransi tinggi, serta keberadaan anak dan perempuan dianggap maju.
"Negara Islam jadikan Indonesia sebagai role model, jadi apa yang dilakukan di sini bisa menjadi contoh yang bisa diberikan kepada negara Islam," kata Yohana.
Ia menambahkan, Indonesia baru saja mengalami perpindahan MDGs, yang semula ada delapan indikator menjadi 17 indikator. Padahal, baru empat dari delapan indikator yang sudah terpenuhi.
Salah satu indikator yang baru dan harus dicapai adalah kesetaraan gender. Dia mengatakan, beberapa waktu lalu semua kepala negara meluncurkan kesetaraan gender lewat kampanye laki-laki untuk perempuan.
"Pada 2030, laki-laki dan perempuan berjalan 50:50 di segala aspek kehidupan, tidak lagi 70:30," ucap Yohana Yembise.