Liputan6.com, Jakarta Kematian akibat kanker leher rahim atau kanker serviks seperti yang dialami Jupe atau Julia Perez sebenarnya bisa dicegah. Syaratnya asalkan melakukan deteksi dini dan segera mendapatkan pengobatan medis bila terdeteksi kanker.
Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan salah satu cara mudah melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Caranya petugas kesehatan terlatih akan mengoleskan asam asetat tiga sampai lima persen di leher rahim. Lalu akan dilihat ada tidaknya perubahan pada leher rahim yang diamati secara langsung.
Advertisement
Jika tidak ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negatif. Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif kelainan pra kanker. Nanti akan dilakukan tindak lanjut dini dengan krioterapi.
“Dengan deteksi dini, kejadian kanker dapat ditemukan lebih awal sehingga keberhasilan pengobatannya semakin besar”, ujar Kepala Biro Komunikas dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Oscar Primadi mengutip rilis Kementerian Kesehatan ditulis Minggu (11/6/2017).
Masyarakat pun tak perlu ragu menjalani deteksi dini kanker serviks. Saat ini, lebih dari 3.700 Puskesmas di seluruh Indonesia telah dilatih dalam pelayanan deteksi dini kanker serviks. Sedangkan untuk pengobatan segera dilakukan di rumah sakit kabupaten/kota secara berjenjang untuk rujukan kasus kanker.
Mengenai biaya melakukan deteksi dini kanker serviks, para wanita Indonesia tak perlu khawatir. Oscar menegaskan bahwa masyarakat, khususnya yang telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) karena tes IVA sudah masuk dalam pembiayaan JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.
Selain kanker serviks, deteksi dini kanker payudara juga bisa dilakukan di puskesmas. Deteksi dini kanker payudara juga masuk dalam pembiayaan JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.
Jangan Tergoda Pengobatan Alternatif
Bila kanker dideteksi pada stadium awal, pasien kanker harus mendapatkan pengobatan yang tepat dan tidak boleh melewatkan fase emas pengobatan.
Namun, seringkali masyarakat yang terdiagnosis kanker pada fase awal tergoda dengan iklan pengobatan alternatif yang menyesatkan yang ada di berbagai media, baik media massa maupun media sosial.
“Kita perlu mengawasi dan mengevaluasi efektifitas dan meneliti dampak lain yang ditimbulkan. Iklan yang jelas-jelas melanggar ketentuan tersebut, akan berdampak buruk dan menimbulkan kerugian, bahkan bisa membahayakan karena pasien kehilangan fase emas pengobatannya dan menjadi tidak terselamatkan," kata Oscar.
Advertisement