Pertumbuhan Ekonomi Bakal Stagnan Meski Ada Ramadan dan Lebaran

Konsumsi masyarakat cenderung meningkat saat Ramadan dan Lebaran tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Jun 2017, 10:45 WIB
Sebuah gedung yang masih dalam tahap penyelesaian di Jakarta, Senin (27/2). Berdasarkan perkiraan Bank Indonesia (BI) angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta pada tahun 2016 tercatat tumbuh 5,85% secara tahunan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia diprediksi tidak mampu tumbuh tinggi atau stagnan pada kuartal II. Meskipun pada kuartal ini ada dua momen yang mendorong konsumsi masyarakat , yaitu Ramadan dan Lebaran.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Achmad Heri Firdaus mengatakan, meski konsumsi masyarakat cenderung meningkat pada Ramadan dan Lebaran, hal tersebut dinilai tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

‎"Kuartal II sulit untuk mencapai 5,5 persen. Mungkin setinggi-tingginya hanya 5,2 persen, walaupun ada Lebaran," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (12/6/2017).

Dia mengatakan, potensi meningkatnya sejumlah barang kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan jelang Lebaran nanti diperkirakan membuat masyarakat menahan diri untuk berbelanja. Ditambah lagi dengan ekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya membaik.

"Karena ada kelompok barang yang harganya meningkat dan mengganggu daya beli masyarakat," kata dia.

Sementara itu, faktor lain yang juga memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi juga dinilai tidak mampu berkontribusi besar pada kuartal II ini. Sebagai contoh, investasi yang tumbuh stagnan hingga saat ini.

"Kemudian investasi juga moderat saja, tidak ada peningkatan yang berarti. Mungkin ada perbaikan di belanja pemerintah dan neraca perdagangan. Tapi neraca perdagangan tidak bisa diharapkan karena kontribusinya kecil untuk Gross Domestic Product  (GDP) kita," ujar dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya