Liputan6.com, Marawi - Sudah tiga pekan, kelompok Maute di Marawi menyandera pastor Teresito 'Chito' Suganop. Keluarganya pun pasrah, doa untuk keselamatan sang pemuka agama tak putus dipanjatkan.
Militan pro-ISIS itu menyandera korban dan sejumlah jemaatnya. Mereka dijadikan sebagai 'tameng manusia' di Marawi. Seperti dikutip Asian Correspondent, Senin (12/6/2017), tujuannya untuk mencegah Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) melancarkan serangan langsung ke para ekstremis.
Baca Juga
Advertisement
Menurut penjelasan keluarga, Pastor Chito dan sejumlah jemaatnya diculik dan ditawan sekitar tanggal 24 Mei 2017, sehari setelah kelompok bersenjata pemberontak Maute menyerang Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur, Mindanao, Filipina.
Sejak itu, pihak keluarga selalu menyalakan lilin dan melaksanakan doa bersama di kediaman di Norala, Provinsi Cotabato Selatan, tempat kelahiran Pastor Chito.
"Tuhan, tolong lepaskan mereka dari orang-orang yang menyanderanya," kata Roqueto Suganob, adik Pendeta Chito, seperti yang dikutip dari Asian Correspondent. Chito merupakan anak sulung dari lima bersaudara Suganob.
Pada 30 Mei 2017, Pendeta Chito muncul dalam sebuah video propaganda yang dibuat oleh para militan dari kelompok Maute. Dalam video itu, Chito dipaksa para militan untuk meminta Presiden Filipina Rodrigo Duterte agar AFP ditarik mundur dari Marawi.
Video itu direkam di sebuah lokasi reruntuhan yang nampaknya merupakan bekas pertempuran antara kelompok pemberontak militan Maute dengan AFP.
Pastor Chito telah melayani Gereja Marawi selama 22 tahun. Saat diculik dan ditawan oleh para militan, ia menjabat sebagai Uskup Marawi.
"Itu dia (Chito dalam video propaganda). Kami senang ia masih hidup. Kami telah banyak berdoa untuknya. Sungguh menyiksa untuk kami saat ia ditahan oleh kelompok Maute," kata Marilyn Suganob-Ginnivan, bungsu dari lima bersaudara Suganob.
"Itu membuatku tak bisa tidur dan terus bermimpi buruk. Aku terus berdoa agar ia dilepaskan atau diselamatkan, begitu juga sandera yang lain," tambah Marilyn.
Sementara itu, saudara Chito yang berada di Kanada, Jocelyn Suganob, terus memantau perkembangan penculikan Chito dan berharap kakaknya itu dapat selamat.
Jocelyn juga mengatakan bahwa para diaspora Filipina di Kanada turut mendoakan keselamatan bagi para sandera.
"Aku terkejut mendengar bahwa ia disandera. Para pekerja Filipina di sini juga mendoakan keselamatan untuknya, begitupun aku," kata Jocelyn.
Pada 8 Juni 2017, komandan AFP di Marawi, Brigadir Jenderal Rolando Joselito Bautista mengonfirmasi bahwa sulung dari lima bersaudara Suganob itu masih hidup.
Informasi itu diperoleh AFP dari seorang utusan pemerintah yang ditugaskan untuk melakukan evakuasi warga sipil di Marawi.
Sejak pertempuran antara militan pemberontak Maute dengan AFP di Marawi pecah pada 23 Mei 2017, Presiden Duterte memberlakukan hukum militer di seantero Mindanao.
Selain itu, pertempuran di Marawi telah membuat 240 ribu jiwa terpaksa mengungsi untuk menghindari konflik bersenjata.
Menurut data yang dirilis pemerintah Filipina, sekitar 200 orang menjadi korban tewas pertempuran di Marawi, 140 di antaranya merupakan milisi, 58 orang dari pihak pemerintah, dan 21 sisanya merupakan warga sipil.
Hingga kini, pasukan AFP terus melakukan penggempuran via darat dan udara, membuat pemberontak Maute yang didukung sejumlah milisi pro-ISIS hanya tinggal menguasai sekitar 10 persen wilayah Marawi.
Filipina yang berharap agar dapat merebut Marawi dari tangan militan sebelum hari kemerdakean pada 12 Juni turut mendapat bantuan dari militer Amerika Serikat.
Pasukan Negeri Paman Sam juga menggunakan taktik intelijen canggih dalam membantu AFP untuk menggempur militan Maute di Marawi.
Saksikan juga video berikut ini