Liputan6.com, Jakarta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tengah mendorong transformasi perekonomian Indonesia dari berbasis komoditas ke manufaktur. Transformasi ini menjadi penting sebagai prasyarat menjadi negara maju.
"Negara berbasis sumber daya alam tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan rawan gejolak dibandingkan mengembangkan industri manufaktur," jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta, Senin (12/6/2017).
Indonesia, lanjut Bambang, seringkali terlena dengan beberapa kali booming komoditas, sehingga lupa memperkuat industrialisasi dan infrastruktur. Pada tahun 1970-an Indonesia mengalami surplus devisa dari oil boom, kemudian tahun 1980-an berganti dengan hutan kayu lalu sawit dan batu bara pada 2010-an.
Ketika terjadi booming komoditas minyak, kayu, dan sawit/batubara, Indonesia mengekspor sebanyak-banyaknya, namun lupa dengan pengembangan infrastruktur dan manufaktur.
Baca Juga
Advertisement
Indonesia, lanjut Bambang, pernah mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen pada tahun 1990-an ketika mulai melakukan industrialisasi.
"Rule of thumb negara industri adalah ketika porsi sektor manufakturnya berkontribusi sudah di atas 30 persen dari total PDB negara tersebut. Hal ini terjadi di tahun 1990-an ketika kita sedang berupaya mengejar 30 persen, sedangkan negara-negara seperti Korea Selatan dan Taiwan sudah di atas 30 persen. Kita bersama dengan Malaysia dan Thailand tengah berupaya menuju 30 persen sebelum krisis terjadi," jelas Bambang.
Bambang menjelaskan, di era Pemerintahan Jokowi dengan program Nawacita, komit memperkuat industrialisasi yang berbasis manufaktur dan infrastruktur agar tidak terulang lagi fenomena di atas.
Menurut Bambang, ekonomi Indonesia sudah saatnya meninggalkan pola pertumbuhan berbasis komoditas yang sejak dahulu menjadi tumpuan utama.
"Langkah Presiden Jokowi mendorong infrastruktur dan manufaktur sudah sangat tepat dan ini akan semakin didorong oleh Pemerintah," jelas Bambang.
Kebangkitan sektor manufaktur diharapkan mampu mendukung kemandirian ekonomi dan penyerapan tenaga kerja sehingga perekonomian nasional tidak lagi tergantung sektor komoditas yang rentan terhadap fluktuasi harga serta gejolak ekonomi global.
Menurut Bambang, industri manufaktur menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan pemerintah saat ini. "Dalam RKP 2018, Bappenas sudah menetapkan tiga industri prioritas, yakni pertanian, pengolahan, dan pariwisata. Kenapa pengolahan, karena kita konsen terhadap kontribusi manufaktur terhadap PDB, yang sejak krisis cenderung turun," kata dia.
Pemerintah, kata Bambang, gencar membangun infrastruktur yang antara lain pembangunan jalan hingga daerah terpencil, bendungan dan irigasi, rel kereta api, pelabuhan dan bandara yang tujuannya untuk meningkatkan konektivitas, mengurangi kesenjangan antar wilayah, mendukung keseimbangan pembangunan desa dan perkotaan serta bisa menekan biaya ekonomi yang tinggi. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga melibatkan sektor koperasi dan UMKM sehingga terjadi pemerataan hasil pembangunan.
Dengan diraihnya investment grade, Bambang menuturkan akan ada arus investasi potensial senilai US$ 100-US$ 200 miliar yang bisa masuk ke Indonesia. Potensi investasi ini harus bisa dimanfaatkan oleh industri manufaktur melalui penanaman modal langsung. Caranya dengan pemerintah terus memperbaiki tingkat kemudahan berusaha di Indonesia yang saat ini sudah membaik dari peringkat ke-106 menjadi peringkat ke-91.
Ia mengungkapkan, industri manufaktur Indonesia harus disiapkan menjadi bagian dari pemasok kebutuhan global. Indonesia harus masuk ke dalam sistem perdagangan dunia dan mengikuti kebutuhan manufaktur dunia, hingga akhirnya mampu menjadi bagian dari supply chain global.
Caranya, lanjut Bambang, sektor manufaktur Indonesia harus mampu memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh pasar global dengan menjaga kualitas terbaik. Dengan demikian, pasar global akan menjadikan produk Indonesia sebagai bagian dari rantai tersebut.
Menurut Bambang, sektor industri mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 16,57 juta pada Februari 2017 naik 600 ribu dibandingkan posisi Februari 2016. Sedangkan kontribusinya terhadap PDB pada triwulan I-2017 mencapai 20,47 persen.
Industri manufaktur (pengolahan) tumbuh 0,91 persen atau menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yang diikuti pertanian, kehutanan dan perikanan.