Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih terus mengejar target swasembada jagung untuk menekan impor komoditas tersebut. Kementerian Pertanian menargetkan tahun depan Indonesia tidak akan lagi impor jagung.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, Indonesia telah dapat menekan ketergantungan jagung impor 3,6 juta ton pada 2015 menjadi 900 ribu ton pada 2016. Impor jagung mampu ditekan usai pemerintah memutuskan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.150 per kg.
Menurut Amran, meski belum surplus, tetapi produksi jagung nasional semakin membaik sehingga stok banyak dan berhasil menekan angka impor sebesar 66 persen.
"Dengan peningkatan produksi, maka pemerintah meyakini produksi jagung Indonesia sudah bisa surplus segera mungkin atau di 2018," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (13/6/2017).
Baca Juga
Advertisement
Produksi yang meningkat tentunya, kata Mentan, juga akan terus membuat impor turun. Dia menegaskan dalam upaya menekan impor, pemerintah bukan hanya mendorong peningkatan produksi di berbagai daerah sentra produksi, tetapi juga menjalin kerja sama dengan asosiasi Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).
GPMT diminta mendorong perusahaan anggotanya untuk bisa lebih mengutamakan menyerap produksi jagung lokal untuk kebutuhan industrinya, katanya.
"Dengan penyerapan jagung lokal, maka petani semakin bergairah bertanam jagung sehingga produksi bisa memenuhi bahkan melebih kebutuhan konsumsi dan pabrikan yang sekitar 1,7 juta ton per bulan," katanya.
Berdasarkan data produksi tahun 2016 sebesar 23 juta ton pipilan kering (BPS) dan target luas tambah tanam jagung 2017 sebesar 700 rb sd 1 juta ha, Indonesia optimis bahkan surplus jagung di 2018.
Surplus produksi jagung tersebut diharapkan dapat juga menekan impor gandum. Dalam hal ini nasionalisme untuk memaksimalkan penggunaan produksi lokal dan mensubstitusi bahan baku gandum impor dengan jagung lokal akan sangat membantu terwujudnya swasembada jagung nasional.