Menhan: Rusia akan Bangun Pabrik Suku Cadang Sukhoi di Indonesia

Menhan Ryamizard mengaku menpembelian Sukhoi menggunakan sistem barter alutsista berupa pesawat dengan produk Komuditas Indonesia.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 13 Jun 2017, 06:22 WIB
Menhan Ryamizard Ryacudu memberikan pemaparan saat menghadiri silaturahmi bersama warga NU di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (6/6). Acara tersebut dalam rangka menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama.(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah melakukan pengadaan alutsista. Salah satunya menghadirkan jet tempur asal Rusia, Sukhoi. Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan, rencana itu sudah pasti dan telah dilakukan negosiasi panjang sejak dua tahun lalu.

"Sudah (pasti). Dari dua tahun lalu saya sudah nego itu," ucap Ryamizard di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin, 12 Juni 2017.

Ia mengungkapkan, pesawat Sukhoi akan dihadirkan sebanyak 8 dari 10 permintaan. Dia berharap tahun setidaknya ada dua pesawat yang datang.

"Iya saya kan minta. Kita kemarin 8, saya usahkan 10. Tapi enggak tahun ini. Dua dulu deh (sekarang)," jelas Ryamizard.

Terkait pembelian Sukhoi tersebut, ia mengatakan, pihaknya menggunakan sistem imbal dagang atau barter alutsista berupa pesawat dengan produk komoditas Indonesia.

"Kan ada imbal dagang. Itu urusan kementerian perdagangan. Saya minta beli kemudian G to G (Goverment to Goverment), tidak ada calo. Kemudian ada 50 persen imbal dagang, masuklah ekspor," jelas Ryamizard.

Dengan imbal dagang tersebut, ia mengatakan, pemerintah juga bisa mendapatkan keuntungan. Yakni pabrik suku cadang untuk Sukhoi juga akan ada di Indonesia.

"Mereka akan buat pabrik di sini untuk suku cadang. Jadi enggak usah bawa ke Rusia. Mahal itu. Jadi nanti yang punya Sukhoi kayak Malaysia, perbaikannya akan sama kita," ungkap Ryamizard.

Bukan hanya itu, menurut dia dengan imbal dagang, pihaknya juga bisa mengadakan dan menambah alutsista. Bahkan bisa menghemat uang negara.

"Dengan imbal dagang bisa tambah. Tambahnya berapa triliun, saya jadi hemat berapa triliun. Begitu caranya. Jadi enggak ada korupsi lagi," pungkas Ryamizard.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya