Liputan6.com, Jakarta Menukar uang receh untuk dibagikan ke sanak saudara sudah menjadi tradisi di Indonesia. Bank Indonesia (BI) dan perbankan nasional juga sudah menyediakan beberapa lokasi penukaran uang di berbagai daerah.
Agar tak tertipu, sebaiknya menukar uang di tempat resmi yang disediakan perbankan atau BI. Namun bila tak memungkinkan, Anda harus memastikan uang yang ditukar asli, terutama untuk tahun emisi 2016.
Keaslian uang baru atau emisi tahun 2016 bisa dicek dengan metode 3D, yakni dilihat, diraba, diterawang. Metode yang digunakan masyarakat awam ini tak berbeda dengan cara pengecekan uang lama.
Baca Juga
Advertisement
Direktur Pengelolaan Uang BI Suhaedi menerangkan, metode pemeriksaan keaslian uang dengan 3D juga berlaku pada uang baru.
"Sekarang ini, baik uang lama dan uang baru bisa dengan 3D. Dilihat, apakah warnanya seperti yang kita cetak, warna terang, kalau agak kusam bisa dilihat. Kemudian diterawang ada berapa yang bisa dilihat, watermark ada, gambarnya ada enggak, pahlawannya cocok enggak yang sudah ditentukan. Diraba ada bagian tertentu agak kasar," ujar dia belum lama ini.
Dia menambahkan, pada uang baru terdapat beberapa bagian yang kasar. Ini untuk memudahkan tunanetra dalam memastikan keaslian uang. Di uang baru juga ada bagian yang bisa berubah warna.
"Untuk uang baru kita, letaknya untuk saudara kita yang tunanetra itu ada bagian tertentu yang bisa diraba. Itu agak kasar. Ada berapa lagi yang bisa berubah warna kalau dari sudut pandang tertentu," tutur dia.
Dia mengatakan, unsur pengaman pada uang baru antara 8-12 unsur pengaman, sehingga uang baru sulit dipalsukan.
"Untuk membedakan uang yang diduga palsu dan asli bisa dilihat dari unsur pengamannya. Uang rupiah kita memiliki unsur pengaman antara 8-12 unsur pengaman. Makin tinggi pecahannya, Rp 100 ribu, 12 unsur pengaman. Baik di bahan uang watermark, benang pengaman, maupun diproses cetak seperti rectoverso," ujar dia.