Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan itu rupanya sudah terjadi sejak zaman sahabat. Lantaran munculnya pernyataan, pada Bulan Ramadhan setan akan dibelenggu dengan rantai.
Baca Juga
Advertisement
Melansir laman Muslim.or.id, ucapan bahwa setan dibelenggu pernah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dam Muslim. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu Neraka ditutup serta setan-setan dibelenggu.”
Lalu jika setan-setan dibelenggu, mengapa masih banyak umat muslim yang melakukan kemaksiatan di Bulan Ramadhan? Ada beberapa ahli hadis yang mengemukakan pandangan tentang dibelenggunya setan di Bulan Ramadhan.
Pertama, Al-Qadhi Iyadh dalam Syarh Shahih Muslim, 7:167 mengatakan, hadis Al-Bukhari dan Muslim tersebut tidak bisa dimaknai secara tekstual semata.
Al-Qadhi Iyadh lebih menekan pada terbukanya pintu surga, tertutupnya pintu neraka, dan terikatnya setan menjadi tanda masuknya Bulan Ramadhan. Karena saking mulianya Bulan Ramadhan, setan pun terhalang untuk menggoda kaum mukmin.
Terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka karena Allah SWT memerintah hambanya untuk lebih memaksimalkan ibadah, seperti berpuasa dan melakukan salat malam. Sehingga pada Bulan Ramadhan, orang akan berlomba-lomba melakukan kebaikan.
"Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu," tulis Al-Qadhi ‘Iyadh dalam Syarh Shahih Muslim.
Pendapat kedua disampaikan oleh Al-Qurthubi,. Menurutnya, hadis tersebut mempunyai maksud kemampuan setan untuk menggoda orang yang berpuasa jika puasanya terpenuhi semua syarat dan terjaga adab-adabnya, akan semakin berkurang. Artinya, setan akan kesulitan menggoda orang yang sungguh-sungguh berpuasa.
Al-Qurthubi juga menjelaskan makna lain dari hadis tersebut, yakni tidak semua setan dibelenggu. Hanya sebagian setan, khususnya setan pembangkang. Hal itu didasarkan pada beberapa riwayat yang ada.
“Di samping itu, seandainya semua setan diikat pun, hal itu bukan berarti tidak akan terjadi keburukan dan kemaksiatan sama sekali, karena semua itu dapat terjadi karena sebab selain (godaan) setan, seperti jiwa yang buruk, kebiasaan yang jelek atau karena (godaan) setan jenis manusia," tulis Sai'd Abu Ukkasyah via kitab Fathul Bari, sebagaimana dilansir Muslim.or.id.
Harapannya dengan diriwayatkannya hadis tersebut menambah semangat beribadah. Orang yang sebelumnya ingkar kembali sadar, dan yang rajin beribadah bertambah semangat.
(war)