Liputan6.com, Jakarta Kendaraan elektrik terdengar sebagai pilihan yang menarik untuk berkontribusi terhadap kebersihan lingkungan, sekaligus menghemat biaya operasional yang dikeluarkan karena tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil. Tapi apakah hal tersebut benar sepenuhnya?
Baterai pada umumnya memiliki masa pakai atau cycle time. Dan jika baterai sudah mendekati masa akhir pakai, tentu kemampuannya akan semakin berkurang, dan sang pemilik harus bersiap-siap merogoh kocek untuk mengganti baterai tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Di negara-negara tertentu yang sudah menjual mobil elektrik secara massal seperti US, setiap pabrikan memiliki strategi untuk memikat pelanggannya. Seperti Chevrolet dengan model Bolt EV. Konsumen yang membeli mobil tersebut mendapatkan garansi 8 tahun/160.000 km atau 10 tahun/241.401 km (mana yang tercapai duluan, dan garansi tersebut tergantung kepada negara bagian).
Tentu masa 8 sampai 10 tahun bisa memberikan ketenangan bagi konsumen untuk mengendarai mobilnya tanpa rasa khawatir. Namun tentu terbesit pertanyaan, bagaimana jika baterai rusak dan tidak ter-cover oleh garansi?
Dikutip dari Autoevolution, Selasa (13/6/2017), "Harga baterai untuk Chevrolet Bolt EV HV adalah $15.734 (setara Rp209 juta)," ungkap pihak internal Chevrolet. Yang perlu diingat, harga tersebut belum termasuk dengan jasa pemasangan. Untuk diketahui harga Chevrolet Bolt EV mencapai $37.495 (setara Rp498 juta).
Mengingat harga baterai pada mobil listrik yang cukup fantastis, tentu menjadi salah satu faktor pertimbangan bagi konsumen yang ingin memiliki kendaraan listrik. Di Indonesia sendiri, motor listrik Viar Q1 sudah mulai dijual dengan harga Rp16,2 juta (on the road Jakarta). Dengan siklus pengisian baterai 600 - 800 kali, dengan asumsi sehari melakukan pengecasan sekali, maka estimasi umur baterai kurang lebih dua tahun. Harga baterainya sendiri mencapai Rp5 juta, harga tersebut sepertiga dari harga motornya.