Liputan6.com, Jakarta - Uang sering menjadi simbol dari status dan kekayaan. Banyak orang yang bermimpi bisa memiliki uang banyak dengan harapan bisa mendapat hidup yang nyaman dengan harta berlimpah. Namun berbeda halnya dengan penduduk di salah satu negara termiskin dunia, Somalia.
Memiliki uang segudang negara ini tak lantas membuat mereka disebut kaya. Hal ini disebabkan dengan tingginya inflasi sehingga membuat mata uangnya tidak lagi memiliki nilai besar di pasaran.
Advertisement
Melansir CGTN Africa, Kamis (15/6/2017), mata uang Somalia disebut dengan Shiling. Bukan hal aneh bagi warga Somalia untuk menenteng sekoper penuh uang di jalanan. Uang tersebut nantinya akan dibawa ke pasar untuk diperjualbelikan.
Bahkan hampir sebagian besar penduduk Somalia memiliki mata pencaharian jual beli uang. Pekerjaan ini dilakukan dengan menukar Shiling dengan mata uang yang memiliki nilai lebih tinggi. Salah satunya adalah dollar.
Tempat jual beli uang dilakukan di pasar bernama Hargesia. Berbagai pedagang menumpuk uang Shiling untuk ditukarkan dengan dollar. Tiap 1 US$, pembeli bisa mendapat 7.000 shiling.
Bisnis tukar menukar uang mulai menjamur dan dilegalkan negara sejak rakyat ingin menukar uang lokal mereka ke mata uang asing yang dianggap memiliki nilai tukar lebih tinggi. Hingga saat ini, Hargeisa disebut-sebut sebagai satu-satunya pasar unik tempat jual beli uang terbesar di dunia.
Karena keunikannya, pasar ini juga menjadi destinasi yang kerap dikunjungi wisatawan mancanegara untuk berlibur. Tumpukan uang dalam jumlah banyak merupakan pemandangan yang tak banyak terjadi di dunia. Saking terkenalnya pasar unik ini di Somalia ini juga sering disamakan dengan pusat keuangan Wall Street di New York.
Somalia merupakan salah satu negara yang terletak di Afrika Timur. Negara ini merupakan negara termiskin ke-5 di dunia dengan pendapatan per kapita US$ 600 atau sekitar Rp 7,8 juta.
Simak video menarik di bawah ini: