Liputan6.com, Jakarta - Sejak merdeka dari Inggris pada 4 Juli 1776, Amerika Serikat menjelma jadi negara yang dominan dalam arus sejarah dunia.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa hal yang dilakukan oleh Negeri Paman Sam sangat signifikan. Misalnya, serangan Jepang atas Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 menyeret AS ke pusaran Perang Dunia II.
Empat tahun kemudian, Amerika 'berjasa' mengakhiri perang paling mematikan dalam sejarah modern, meski dengan cara kontroversial: menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki yang memaksa Jepang takluk dan menyerah kalah.
Setelahnya, AS terus terlibat dalam percaturan politik global. Namun, kontribusi Washington DC ternyata tidak sepenuhnya memberikan hasil positif.
Tak hanya bom nuklir yang mengerikan, beberapa kebijakan berujung menambah sejarah kelam bagi AS. Misalnya di tengah Perang Vietnam dan invasi atas Irak yang dilatarbelakangi dusta besar.
Berikut 5 noktah hitam dalam sejarah Amerika Serikat, seperti yang dirangkum oleh Liputan6.com dari Thelistverse.com, dan sejumlah sumber pada Kamis (15/6/2017).
Saksikan juga video berikut
1. Bom Atom
Keputusan untuk menjatuhkan bom nuklir pada warga sipil Jepang, di Hiroshima dan Nagasaki, menjadi noktah hitam dalam sejarah Amerika Serikat.
Insiden yang membunuh sekitar 200.000 orang itu ironisnya mempersingkat Perang Dunia II yang banyak merenggut nyawa.
Serangan terdahsyat militer Negeri Paman Sam ke Jepang itu dilakukan sebanyak dua kali, yakni peluncuran bom atom 'Little Boy' di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan serangan bom atom 'Fat Man' di Nagasaki 3 hari berikutnya pada 9 Agustus.
Dari dua ledakan tersebut, 'Little Boy' yang dianggap paling mematikan. Sekitar 140 ribu orang tewas di Hiroshima. Sementara, 'Fat Man' mengakibatkan lebih dari 73 ribu warga Nagasaki meregang nyawa.
Saat itu, AS menggunakan bom atom seberat 4.050 kg dengan kekuatan setara 21 kiloton TNT atau 88 terajoules. Dampaknya, kota Hiroshima dan Nagasaki luluh-lantah, rata dengan tanah.
Amerika Serikat tak pernah minta maaf atas penggunaan bom nuklir, yang pertama sekaligus satu-satunya dalam sejarah.
Amerika Serikat adalah satu-satunya negara di dunia yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam pertempuran.
Advertisement
2. Insiden Teluk Babi
Masa pemerintahan Fidel Castro di Kuba tak bisa dilepaskan dari insiden di Teluk Babi. Kejadian ini disebut-sebut sebagai tonggak sejarah kekuasaan Castro di negara tersebut.
Pada 1961, hubungan AS dan Kuba berada di titik nadir. Kedua negara yang tadinya bersahabat berubah total jadi musuh besar.
Castro jadi pemimpin usai menumbangkan Fulgencio Batista yang dituding sebagai boneka AS dan juga seorang diktator.
Tidak suka dengan paham yang dibawa Castro, Presiden AS saat itu, Dwight Eisenhower, memutus hubungan negaranya dengan Kuba. Keputusan besar diambil pada 3 Januari 1961.
Keputusan AS itu, malah menjadi titik bagi Castro untuk semakin menyerukan perlawanan terhadap Negeri Paman Sam.
Tepatnya, pada 14 April, ia mengubah paham yang dianut Kuba. Di tanggal tersebut Kuba jadi negara sosialis.
Tiga hari kemudian kejadian besar menghantam Kuba. Sebanyak 1400 warga yang diusir dari negara itu melakukan invasi.
Mereka masuk dari salah satu daerah paling terpencil di Selatan Kuba, Teluk Babi. Tujuan mereka masuk dan menginvasi Kuba lewat Teluk Babi cuma satu, yaitu menggulingkan rezim Fidel Castro.
Upaya penggulingan rezim tersebut berlangsung penuh darah. Pertempuran pecah antar Militer Kuba dan pemberontak.
Hasilnya tak bisa diduga, pasukan anti-Castro berhasil dikalahkan. Ratusan orang meregang nyawa dan 1.000 lainnya ditangkap.
Setelah kejadian, Kuba langsung mengarahkan sasarannya ke AS. Mereka menuding negara tersebut sebagai otak invasi di Teluk Babi.
AS menolak segala tuduhan. Tapi kenyataan berkata lain, para pasukan yang melakukan invasi ternyata dilatih dan dipersenjatai oleh Badan Intelijen AS, CIA.
3. Perang Vietnam
Amerika Serikat terlibat Perang Vietnam untuk mencegah pengaruh komunis dari Utara yang ingin mengambil alih Vietnam Selatan. Penasihat militer AS tiba pada awal 1950.
Memasuki 1960-an, keterlibatan Negeri Paman Sam berlipat ganda. Jumlah personel tentara AS di Vietnam terus bertambah hingga 1962, menjadi empat kali lipat dari total pada 1960.
Perang tersebut mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar. Sekitar 3 - 4 juta warga Vietnam, baik Utara maupun Selatan, tewas. Dua juta orang Laos dan Kamboja meregang nyawa. Dan 58.159 tentara AS gugur di medan pertempuran.
Insiden di My Lai, Vietnam pada 16 Maret 1968, kian mencoreng citra AS, termasuk di dalam negeri.
Pagi itu, para serdadu Charlie Company (Kompi C), Brigade ke-11, menyerbu masuk ke My Lai. Mereka membunuh warga desa, meracuni air sumur, dan membakar rumah-rumah.
Situasi bak neraka. Para penyerbu membunuh 504 orang, tak pandang bulu. Orangtua, perempuan, anak-anak, bahkan bayi sekalipun. Sejumlah perempuan diperkosa sebelum dibunuh.
Memasuki 1973, melihat dampak yang sangat buruk, Kongres mengeluarkan undang-undang yang melarang keterlibatan militer AS secara langsung di Vietnam. Namun, bantuan pelatihan militer dan ekonomi terus berlanjut hingga 1975.
Tak lama, Saigon jatuh ke tangan komunis pada April 1975, menandai berakhirnya Perang Vietnam, bersatunya Utara dengan Selatan.
Itu adalah kekalahan perang paling memalukan AS sepanjang sejarah.
Advertisement
4. 11 September 2001
Selasa, 11 September 2001, hari itu lekat dalam ingatan warga Amerika Serikat. Serangan teror menghantam jantung kota New York, meruntuhkan menara kembar World Trade Centre (WTC). Menjadi tragedi yang dikenal dengan 9/11.
Pagi itu, 19 pembajak dari kelompok militan Al Qaeda membajak 4 pesawat jet penumpang. Serangan pertama dilancarkan pada pukul 08.48 waktu setempat, sebuah pesawat Boeing-767 milik American Airlines yang mengangkut 20.000 galon bahan bakar jet menghantam Menara Gedung WTC bagian utara di New York.
Tabrakan tersebut meruntuhkan sebagian sisi gedung, ratusan orang yang tengah beraktivitas di dalamnya tewas di tempat.
Kebakaran akibat hantaman di lantai 80 gedung itu, juga membuat ratusan orang terjebak. Media beramai-ramai memberitakan peristiwa mengejutkan itu secara live di televisi. Belum tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, publik pun kembali terkejut dengan serangan teroris kedua.
Sekitar 16 menit kemudian, yakni pada pukul 09. 04, pesawat Boeing-737 dari maskapai yang sama terbang menukik tajam dan menabrak Menara Gedung WTC bagian selatan, tepatnya di lantai 60.
Tabrakan itu menyebabkan ledakan besar, puing-puing bangunan terbakar dan runtuh. Jalanan di sekitar gedung dihujani reruntuhan gedung. Saat itu, warga Amerika sadar, mereka diserang.
Pukul 10.30, WTC dilaporkan runtuh. Gedung pencakar langit berstruktur baja berlantai 110 yang dibangun untuk menahan hembusan angin 200 mil per jam itu, nyatanya tak mampu menahan panas luar biasa akibat terbakarnya bahan bakar jet. Menyebabkan kepulan awan debu dan asap.
Tiga ribu orang dinyatakan tewas, termasuk 343 petugas pemadam kebakaran, 23 polisi New York, dan 37 polisi Port Authority yang meregang nyawa saat berjuang mengevakuasi korban yang terjebak di dalam gedung.
Sepuluh ribu orang lainnya luka-luka, hanya enam orang yang berhasil selamat pada saat runtuhnya gedung WTC.
Sejak peristiwa itu, AS bersumpah dan bertekad memburu seluruh jaringan teroris yang berkaitan maupun serupa dengan Al Qaeda, menandai War on Teror yang berkepanjangan, sejak 2001 hingga kini.
AS berhasil membunuh bos Al Qaeda, Osama Bin Laden. Namun, gambaran teror 9/11, saat teroris menyerang jantung perekonomian Amerika, tak akan hilang dari benak warganya.
5. Perang Irak 2003
Peristiwa ini menjadi noktah hitam bagi AS ketika mereka memulai invasi militer ke Irak, namun didasari atas alasan dan laporan intelijen yang keliru.
Saat itu, rumor dugaan Senjata Pemusnah Massal (WMD) Presiden Saddam Hussein sampai ke telinga Presiden George W. Bush, memicunya mengirim ratusan ribu pasukan AS untuk menaklukan Irak.
Akan tetapi, pada laporan 2005, CIA merilis sebuah laporan resmi yang menyatakan bahwa sesungguhnya Irak tidak memiliki WMD seperti yang diduga. Dan sejak itu, dunia internasional seperti Perancis, Jerman, Selandia Baru, dan Kanada, menarik dukungannya terhadap AS.
Dan Bush pun menyatakan penyesalannya. Ia mengatakan, "Penyesalan terbesarku dari masa kepresidenan saya adalah kesalahan laporan intelijen terkait invasi Irak".
Perang ini menjadi salah satu perang yang paling tidak populer dan tidak didukung oleh masyarakat AS. Bahkan sebulan sebelum invasi dilaksanakan, terjadi banyak demonstrasi di seluruh dunia mengenai perang Irak, termasuk sebuah demonstrasi tiga juta orang di Roma, yang tercatat dalam Guinness Book of Records sebagai demonstrasi anti-perang terbesar yang pernah ada.
Menurut akademisi Prancis Dominique Reynié, antara 3 Januari dan 12 April 2003, 36 juta orang di seluruh dunia mengambil bagian dalam hampir 3.000 demonstrasi menentang perang Irak, namun itu tidak mengubah kebulatan tekad Bush untuk menginvasi Irak.
Advertisement