Kenapa Bunga Kredit Susah Turun?

perbankan Indonesia masih mencatatkan marjin bunga bersih dan kredit bermasalah yang tinggi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Agu 2023, 22:31 WIB
perbankan Indonesia masih mencatatkan marjin bunga bersih dan kredit bermasalah yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Suku bunga kredit masih betah di level dua digit meskipun trennya mengalami penurunan, sementara tingkat bunga deposito terus terseret ke bawah. Rata-rata tingkat bunga kredit saat ini 11 persen, sedangkan bunga deposito sekitar 6 persen-7 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara mengungkapkan, perbankan Indonesia masih mencatatkan marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) dan kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tinggi, sehingga menyebabkan tingkat bunga kredit lambat menyusul bunga deposito.

"NIM perbankan di Indonesia umumnya tinggi disesuaikan tingkat risiko, yakni NPL dan masih ada bank yang konsolidasi. Jadi NIM cukup tinggi sehingga suku bunga kredit dobel digit, meski bunga depositonya single digit," jelas Tirta di kantornya, Jakarta, Kamis (15/6/2017).

Pada April 2017, sambungnya, rasio kredit bermasalah atau NPL vank tercatat 3,1 persen (gross) atau 1,4 persen (nett). Rasio kecukupan modal perbankan sebesar 22,6 persen dan rasio likuiditas berada pada level 21,6 persen.

Sementara itu, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menambahkan, tingkat bunga kredit pada Mei ini mengalami penurunan sebesar 9 basis poin. Totalnya sudah turun 100 basis poin sejak Januari 2016 sampai dengan Mei 2017.

"Untuk bunga deposito turun sebesar 139 basis poin sepanjang Januari 2016 sampai dengan Mei 2017. Sedangkan khusus di Mei ini, penurunan tingkat bunga deposito 1 basis poin, jadi penurunan suku bunga kredit dan deposito masih berlangsung," terangnya.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya