Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kabupaten Jembrana (Bali Barat) rupanya semakin terinspirasi oleh spirit Indonesia Incorporated yang digaungkan Menpar Arief Yahya melalui Rakornas II/2017. Rapat Kerja Nasional yang dilangsungkan di Hotel Bidakara, Jakarta itu mengambil tema homestay desa wisata, dan terus mendapat respons positif.
Selain dengan menata objek- objek wisata yang ada, mereka juga menambah Desa Wisata. Tahun ini Pemkab Jembrana menetapkan desa unggulan sebagai desa wisata. Yakni Gumbrih, Pendem, Yehembang Kangin, serta Desa Perancak.
Advertisement
Desa-desa wisata yang baru itu juga dipilih mengikuti desa wisata award. Keempat desa tersebut akan menyusul desa lainnya yang sudah ditetapkan sebagai desa wisata. Seperti Desa Ekasari, Blimbingsari, Sangkaragung, Batuagung, serta Delodnerawah.
Desa- desa wisata itu memiliki karakteristik sendiri dengan tata ruang wilayah pedesaan yang asri. Baik itu wisata alam, wisata agro, eko wisata serta wisata budaya serta memiliki kepedulian yang tinggi dalam melestarikan seni dan budaya local.
Desa wisata itu harus konsisten mengembangkan potensi wisata. “Desa wisata sebagai pilihan yang logis dalam menopang industri pariwisata yang sedang kami gandakan,” ujar Bupari Jembrana I Putu Artha, Senin (12/6).
Desa Wisata, kata Putu, memiliki fungsi ganda yakni sebagai homestay. Sehingga wisatawan bisa memanfaatkan akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata serta bisa sebagai atraksi karena berada dalam atmosfer kehidupan masyarakat desa.
"Tentu lewat sentuhan budaya dan nuansa kekeluargaan yang belum tentu bisa ditemukan di daerah lain,’’ katanya. Untuk mengembangkan desa wisata itu, pihaknya telah membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) di desa-desa tersebut.
Kelompok ini terdiri dari para pelaku kepariwisataan setempat dengan fungsi dan tanggung jawab mendukung terciptanya iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya kepariwisataan di daerah tersebut. Mereka diharapkan memiliki unit-unit pariwisata yang bisa dikelola guna menghasilkan pendapatan seperti merancang pondok wisata atau homestay.
"Silahkan buat homestay. Tidak usah membangun baru cukup dengan menata rumah-rumah warga,” tukas dia.
Dibandingkan Bali Selatan dan Timur, seperti Gianyar, Bangli, Klungkung, Badung, serta Karangasem, kunjungan wisatawan di Kabupaten Jembrana belum menunjukkan angka yang siginifikan. Padahal, kawasan wisatanya cukup menarik. Tercatat jumlah kunjungan wisatawan manca negara baru menyodok pada kisaran 10 ribu wisman pada 2016. Dibandingkan wilayah-wilayah di Bali Timur seperti Gianyar, Bangli atau klungkung yang kunjungan wismannya menyentuh angka 1 juta setahunnya.
Tekad Bupati Jembrana untuk meningkatkan kunjungan wisata ke wilayahnya layak diapresiasi. Karena tetap ngotot untuk berani bersaing dengan kawasan selatan yang menjadi jujukan wisman selama ini.
"Kami berusaha melakukan promosi ke wilayah timur yang memang gudangnya wisatawan. Selain itu bekerja sama dengan travel biro, untuk mengangkat pariwisata di Jembrana,’’ pungkasnya.
(*)