Liputan6.com, San Francisco - CEO Uber Travis Kalanick, telah memasuki periode cuti panjangnya dari perusahaan, tetapi ia tidak mengungkap berapa lama rehat sejenak dari Uber.
Orang nomor satu di Uber itu cuma mengatakan, ia akan mengambil waktu refleksi agar bisa menjadi pribadi lebih baik lagi. Ia menyebut transisi ini sebagai proses ke 'Travis Kalanick 2.0'.
Sementara Kalanick tak ada, dewan direksi Uber telah menyatakan membentuk tim inti yang bertugas untuk mengurus perusahaan. Anggota tim terdiri dari 14 jajaran eksekutif Uber, tentu tidak termasuk tangan kanan Kalanick Emil Michael, yang baru saja menyatakan undur diri pada Senin (12/6/2017).
Baca Juga
Advertisement
Keempat belas petinggi perusahaan ini nantinya akan melaporkan proses perkembangan perusahaan ke mantan Jaksa Agung Amerika Serikat (AS) Eric Holder, yang merupakan pimpinan investigasi terkait insiden pelecehan seksual di Uber.
Beberapa di antara 14 jajaran eksekutif ini termasuk Ryan Graves, CEO pertama Uber yang merangkap anggota dewan direksi, serta beberapa nama lainnya yang merupakan anggota dewan direksi yang kredibilitasnya di perusahaan tak perlu diragukan lagi.
Berikut daftar 14 jajaran eksekutif Uber yang akan bertugas sebagai pengganti Kalanick selama masa cutinya berlangsung, sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip via Business Insider, Minggu (18/6/2017).
- Andrew Macdonald, Regional GM, Latin America and Asia-Pacific
- Pierre Dimitri Gore-Coty, Regional GM
- Rachel Holt, Regional GM, US and Canada
- Daniel Graf, VP of Product Management
- David Richter, SVP of Business
- Eric Meyhofer, Head of Advanced Technologies Group
- Frances Frei, SVP of Leadership & Strategy
- Jeff Holden, Chief Product Officer
- Jill Hazelbaker, SVP of Policy & Communications
- Joe Sullivan, Chief Security Officer
- Liane Hornsey, Chief Human Resources Officer
- Ryan Graves, SVP of Operations
- Salle Yoo, Chief Legal Officer and Corporate Secretary
- Thuan Pham, Chief Technology Officer
Reputasi Uber di negara asalnya sendiri, Amerika Serikat, memang kurang baik. Banyak kabar miring yang beredar, mengungkap seperti apa bobroknya kultur perusahaan.
Sebutlah mulai dari banyak karyawan yang merendahkan karyawan wanita, lolos dari kejaran aparat, insiden pelecehan seksual hingga pemecatan karyawan, dan masih banyak lagi.
Karena itu, Uber memang harus berbenah diri. Sebagai perusahaan teknologi prestisius di dunia dengan nilai lebih dari US$ 60 miliar, Uber seharusnya bisa lebih baik dan tidak terjungkal hanya karena masalah internal seperti ini.
(Jek/Why)
Tonton Video Menarik Berikut Ini: