Wisata Kuliner Mak Nyus, Yuk ke Sentra Pengasapan Ikan Demak

Bila Anda seorang penikmat juliner sejati wajib datang ke Pasar Ikan atau Sentra Pengasapan Ikan Demak, Jawa Tengah.

oleh nofie tessar diperbarui 16 Jun 2017, 14:21 WIB
Bila Anda seorang penikmat juliner sejati wajib datang ke Pasar Ikan atau Sentra Pengasapan Ikan Demak, Jawa Tengah.

Liputan6.com, Demak Anda penikmat kuliner? Ada saatnya wajib datang ke Pasar Ikan atau Sentra Pengasapan Ikan Demak, Jawa Tengah. Disana setiap hari bisa melihat, memotret, atau membeli jutaan ikan asap yang bikin ngiler.

Ratusan tempat pengasapan ikan beratraksi setiap hari mengasap ikan laut dan air tawar. Yang hobi ikan pasti kumat nafsunya. Ikan-ikan asap setengah matang atau sudah matang siap disantap. Warna-warninya yang khas kemerahan membuat lapar yang melihatnya.

Menuju kesana tidak sulit. Dari bandara A Yani Semarang menuju Demak sekitar 30 KM. Pertigaan ring road lurus saja arah kota. Sampai pertigaan lampu merah (lapangan Tembiring) belok kiri 1 km. Tanya orang ke arah Pengasapan Ikan kampung Wonosari. Hanya sekitar 1,5 KM anda sudah sampai. Lokasinya dibagian utara kota Demak dekat pantai. Ada kompleks sekitar 1 hektar yang dipakai usaha pengasapan ikan. Ini pasar pemerintah yang sekarang ditata rapi.

Saban hari rarusan orang datang kesana untuk wisata ikan. Mereka ingin membeli ikan asap segar asli dari pengasapnya. Baik yang pribadi maupun distributor berebut ikan untuk ditawar. Para pemborong umumnya distributor ikan yang memasok para pedagang pasar di Jawa Tengah. Ada bermacam-macam jenis ikan asap.

Ada ikan Pe (ikan pari), ikan tongkol, salem, ikan Pe Manyung, Ndas Manyung, lele asap, kakap asap dll. Ini jenis ikan yang pas untuk dimasak kuah pedas. Tetapi juga cocok untuk digoreng lalu dipenyet sambal. Yang mau masak cukup dicuci lalu masukkan tungku. Tidak perlu dibongkar perutnya supaya bersih.

"Kalau sudah masak tinggal milah dagingnya. Dijamin ketagihan pokoknya,"tutur Sri Lestari, pedagang asap di sana.

Karena Demak tidak punya nelayan cukup, pasokan ikan mentah selama ini didatangkan dari pelabuhan Juwana Pati, Rembang, hingga Pasuruan Jawa Timur. Saban hari puluhan ton ikan datang dari sana. Lalu dicuci ditusuk-tusuk untuk diasap. Cerobong-cerobong asap menggelapkan alam sekitar setiap hari. Bahan bakar asap dari jantung jagung sangat cocok memberi warna ikan jadi kemerahan yang menarik.

Uniknya, segala jenis ikan bisa diolah dengan asap di pasar ini. Ikan manyung misalnya. Tubuh dan ekornya dipotong-potong untuk asap daging manyung. Lalu kepalanya dibelah menjadi kuliner lhas Semarang Ndhas Manyung.

Kalau sudah dimasak satu porsi kepala besar sampai Rp 60 ribu.

"Itu separo kepala loh. Tapi separo aja beratnya setengah kilo. Bisa dimakan dua orang,"tambah Sri.

Yang paling diburu pedagang adalah ikan asap Pe alias ikan pari. Ikan tipis-tipis ini bisa dipenyet sambal atau dimasak Pe. Orang Semarang sangat gandrung masakan ini. Apa lagi kalau diramu dengan terong pedas.

"Hmmm bisa ngabisin nasi. Tapi harus selera pedas loh,"katanya.

Anton Susilo, Pendamping dan Pengelola Pengasapan Ikan dari Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Demak menjelaskan, di Wonosari ada 78 los pengasapan, dengan sekitar 160 an pedagang karena satu los dipakai dua pedagang atau lebih. Sebagai pengolah ikan ada 90 orang. Selain pengasapan Wonosari Bonang juga ada di Prampelan Sayung.

"Omset per los sekitar 10 kuintal, uang bersih minim Rp 100-200 ribu. Kebutuhan per hari 10 ton berbagai ikan manyung, tongkol, salem, pari, lele, belut, ikan bagong dan ganyaman,"paparnya.

Ikan asap dijual sampai Jakarta, Jogja, luar Jawa, Semarang, Ungaran, Lendal, Batang dan Salatiga. Ikan manyung kepala rata-rata dijual Rp 30 ribu dan Rp18 ribu. Salem tongkol Rp 6000, bagong semar Rp 4000, irisan manyung Rp 2000- Rp 3000, ikan
pari Rp 2000-Rp 3000 per iris. Lele Rp 3000, tongkol Rp 6000- Rp 8000, ganyaman Rp 5000.

Menpar Arief Yahya menyebut sensasi kuliner itu bukan hanya soal teste makanan saja. Tapi soal proses memasak, tradisi lokal dan budaya setempat yang sering mengundang wisatawan. "Kembangkan menjadi destinasi wisata, tetapi wajib bersih, rapi, estetik, jaga kesehatan dan dan kerapian. Itu penting, jika ingin dijadikan destinasi kuliner," ungkap Arief Yahya.


(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya