Pemkab Sebut Serangan Belalang Bukan Tanda Kerusakan Lingkungan

Dua hektare sawah warga ludes tak bersisa dimakan serangga kembara.

oleh Ola Keda diperbarui 17 Jun 2017, 19:01 WIB
Ribuan belalang kembara juga mulai memasuki pasar, kebun warga, dan kantor pemerintahan. (Liputan6.com/Ola Keda).

Liputan6.com, Kupang - Pemerintah Kabupaten Sumba Timur mengatakan, meledaknya populasi belalang kembara tidak ada kaitan dengan tanda rusaknya lingkungan atau karena faktor manusia akibat pertambangan.

"Tidak ada kaitan dengan kerusakan lingkungan karena kejadian ini sudah puluhan tahun lalu," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur Johanis Hiwa Wunu kepada Liputan6.com, Sabtu (17/6/2017).

Menurut Johanis, hama belalang menyerang Sumba Timur jauh sebelum adanya pabrik-pabrik pertanian di wilayah itu. Dia juga mengatakan, Sumba Timur tidak memiliki pertambangan, tetapi hanya pabrik pertanian.

"Yang ada hanya pabrik pertanian, tetapi bukan karena pabrik penyebab adanya serangan belalang," kata Johanis.

Dia menambahkan, saat ini hama belalang masih menyerang perumahan warga. "Di lahan pertanian warga sudah berkurang, tetapi di perkampungan warga masih banyak," imbuh Johanis.

Sebelumnya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya menyebut fenomena belalang kembara yang mengepung wilayahnya terjadi akibat berkurangnya predator pemangsa.

Wabah belalang kembara 'meneror' kawasan Sumba Timur, NTT. Sudah dua hektare sawah warga diserang serangga ini. Pemerintah menetapkan kondisi ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Populasi belalang kembara melonjak diduga akibat kemarau panjang. Predator alami belalang kembara tidak tahan akan kemarau, sehingga populasi belalang kembara tidak terbendung.

Pada Sabtu, 10 Juni 2017, belalang kembara menyerbu Bandara Umbu Mehang Kunda dan memenuhi landasan. Akibatnya, pendaratan pesawat sempat tertunda karena landasan harus dibersihkan terlebih dahulu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya