Novel Baswedan dan Misteri Seorang Jenderal

Kapolri Tito Karnavian menyatakan, pihaknya sudah memeriksa 56 saksi terkait penyerangan air keras terhadap Novel Baswedan

oleh Mevi LinawatiNafiysul QodarFachrur Rozie diperbarui 20 Jun 2017, 00:07 WIB
Suasana konfrensi pers membahas penanganan kasus teror terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan, Jakarta, Senin (19/6). Kapolri datang bersama jajaran Mabes Polri dan Polda Metro Jaya. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan yang menyebut keterlibatan jenderal polisi dalam penyerangannya membuat heboh. Guna memastikan hal tersebut, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian pun mendatangi KPK.

Usai pertemuan dengan Pimpinan KPK, Kapolri Tito Karnavian menyatakan penyidik Polda Metro Jaya dan Bareskrim masih berupaya mencari penyerang Novel Baswedan dengan air keras sekitar dua bulan lalu. Penyidik, baik dari Polri dan KPK, akan segera ke Singapura untuk meminta keterangan dari Novel.

"Kami berusaha secepat mungkin kirim tim ke sana untuk menanyakan ke Saudara Novel," kata Jenderal Tito di Gedung KPK, Senin 19 Juni 2017.

Tim, kata Tito, terlebih dulu akan mencari tahu apakah pernyataan Novel yang disiarkan di majalah Time yang menyebut ada jenderal polisi di balik penyerangannya adalah fakta atau hanya isu.

"Kalau itu fakta hukum, ada bukti, Polri siap. Kami akan proses hukum, melakukan penyelidikan, kita akan terbuka," tegas Tito.

Namun, bila pernyataan tersebut hanya sekadar isu, maka Tito menyayangkan pernyataan tersebut. Sebab, pernyataan tersebut berdampak pada citra buruk Polri, serta menimbulkan situasi kurang baik antara institusi KPK dan Polri.

"Prinsip awal kami, Polri dan KPK adalah ingin bersinergi sebaik-baiknya," kata Tito.

Selain itu, Tito menambahkan, dia tidak ingin isu tersebut menjadi liar, "Dan di dalam institusi Polri sendiri saling curiga," ujar jenderal bintang empat ini.

Novel Baswedan berbicara kepada media asing soal pelaku penyiraman air keras terhadap dirinya. Ketika itu dia mengaku heran karena hingga kini polisi belum bisa menangkap pelakunya.

Seperti ditulis dalam laman TIME edisi Selasa 13 Juni 2017, Novel bahkan mengaku dapat informasi soal keterlibatan seorang perwira tinggi polisi dalam penyerangan terhadap dirinya.

"Saya sebenarnya sudah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian terlibat (dalam kasus penyiraman air keras). Awalnya, saya bilang itu informasi bisa jadi salah. Namun, kini sudah dua bulan berlalu dan kasus saya tidak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar," ucap Novel kepada media itu.

Penyidik KPK, Novel Baswedan tiba di RS Jakarta Eye Center (JEC), Menteng, Jakarta, Selasa (11/4). Sebelumnya Novel dirawat di RS Mitra Keluarga. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Tim Polri - KPK

Kapolri Tito Karnavian mengajak KPK bekerjasama mengungkap pelaku dan dalang di balik penyerangan Novel Baswedan.

"Saya sudah menyampaikan kepada Ketua KPK bahwa Polri menawarkan kepada KPK, mungkin untuk membentuk tim yang kemudian bisa mem-backup atau menempel tim yang dari Polri," ujar Tito saat jumpa pers di Gedung KPK.

Tito mengatakan, penyidik KPK memang berbeda tugas dan fungsi dengan penyidik Polri. Meski begitu, Tito membuka diri jika penyidik KPK ingin bergabung untuk menyelidiki kasus teror terhadap Kasatgas perkara korupsi e-KTP itu.

Keterbukaan yang dilakukan oleh Tito berdasarkan pernyataan Novel kepada majalah asing mengenai dugaan perwira tinggi kepolisian terlibat dalam teror terhadap dirinya.

"Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya kita lebih terbuka, dengan cara tim dari KPK bisa menempel, misalnya mengecek alibi orang-orang diduga dicurigai," kata Tito.

Tito mempersilakan penyidik KPK untuk ikut memeriksa pihak-pihak yang dicurigai terlibat. Hal tersebut dilakukan demi menjaga hubungan baik antar kedua lembaga hukum.

"Konfrontasi-konfrontasi yang perlu kita lakukan antara orang yang kita curigai dan saksi juga melibatkan teman-teman KPK. Prinsipnya dari kepolisian ingin kasus ini terungkap secepat mungkin," kata Tito.

Sementara itu, Ketua KPK Agus Rahardjo sudah menerima tawaran dari Kapolri agar pihaknya terlibat dalam proses penyelidikan terhadap Novel. Namun dia belum menentukan sikap lebih jauh terkait permintaan Kapolri.

"Kami ini penyelidik dan penyidik kasus korupsi, bukan tipidum, tapi secara internal kami akan mengevaluasi apa yang bisa kami berikan kemudian dukungan apa yang bisa kami berikan, kemudian kami komunikasikan kepada Bapak Kapolri," ucap Agus.

"Kami harus evaluasi dulu tawaran apa yang bisa, bantuan apa yang bisa diberikan KPK kepada Polri," kata Agus.

Agus mengatakan, sejauh ini pihaknya masih mempercayakan kepada Polri untuk menangani kasus teror terhadap Novel. Apalagi, dari hasil pertemuannya dengan Kapolri mengungkap perkembangan penyelidikan yang sudah dilakukan Polri.

"Kami melihat perkembangan tadi cukup baik. Bahkan, nanti mungkin ada langkah-langkah klarifikasi juga ke saudara Novel di Singapura. Nanti saya dampingi. Mudah-mudahan kita bisa segera menemukan pelaku dalam kasus ini," kata Agus.


Saksi Kunci Kasus Novel Baswedan

Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberi keterangan terkait kasus teror terhadap Novel Baswedan, Jakarta, Senin (19/6). Kedatangan Kapolri untuk membahas kelanjutan penanganan teror terhadap Novel. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku, pihaknya sudah memeriksa 56 saksi terkait kasus penyerangan air keras terhadap Novel Baswedan. Dari 56 saksi tersebut, ada satu saksi kunci yang diduga mengetahui kejadian.

"Ada 56 saksi yang sudah diperiksa. Dan ada saksi yang melihat kejadian. Menurut kami dia saksi penting karena dia yang melihat," ujar Tito di KPK.

Dari 56 saksi yang sudah diperiksa di Mapolda Metro Jaya, satu saksi kunci tersebut dikatakan Tito mengetahui ciri-ciri pelaku. Saksi kunci tersebut kini sudah diberikan pengamanan oleh Polri.

"Nah saksi yang ini melihat. Tahu orangnya, ciri-cirinya, bentuk badannya dan lain-lain. Saksi ini sudah kami berikan perlindungan," kata Tito.

Untuk lebih meyakinkan keterangan para saksi dan saksi kunci, Polri berencana akan langsung menemui Novel Baswedan di Singapura. Kedatangan Polri akan didampingi oleh pimpinan KPK.

Sementara, Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto menyatakan, penanganan kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan tak perlu ditarik ke Bareskrim. Penyelidikan kasus tersebut tetap berjalan di bawah komando Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

"Kan penyidik Bareskrim sudah gabung di situ. Kita sudah join investigasi. Jadi nggak perlu (ditarik ke Bareskrim Polri)," ujar Ari saat ditemui di Kampus PTIK, Jakarta Selatan, Sabtu 17 Juni 2017.

Ari menjelaskan, bukan berarti penyelidikan kasus penyerangan Novel dilakukan oleh Polda Metro Jaya sendiri. Mabes Polri, melalui Bareskrim juga turun tangan membantu proses pengungkapan kasus tersebut.

"Nggak perlu (ditarik ke Bareskrim) dalam artian bukan ditangani Polda sendiri. Tapi dia (Polda) kan yang sudah sejak awal, kami tinggal tambah beberapa penyidik," terang dia.

Bukan hal yang aneh jika proses penyelidikan kasus penyerangan Novel selama 2 bulan lebih belum membuahkan hasil signifikan. Sebab, tidak semua pengungkapan kasus kejahatan memiliki tingkat kesulitan yang sama.

Dalam kasus ini, penyidik terkendala bukti petunjuk dan keterangan saksi di lapangan.

Lebih dari itu, Ari menegaskan bahwa penyelidikan kasus ini rencananya juga akan melibatkan penyidik dari KPK. Diharapkan, kasus penyerangan ini segera terungkap.

"Kasus ini sama juga bahwa akan ada langkah, kami akan kerja sama dengan KPK untuk membantu penyelidikan, supaya tak ada pemikiran negatif ya," ucap dia.


Kondisi Novel Baswedan

Penyidik KPK, Novel Baswedan saat akan dipindahkan dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (11/4). Novel Baswedan akan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center(JEC), Menteng. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Penyidik senior KPK Novel Baswedan diserang air keras oleh orang tak dikenal usai salat subuh berjemaah di masjid dekat kediamannya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Selasa 11 April 2017.

Novel Baswedan masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit Singapura untuk menyembuhkan kedua matanya agar kembali melihat dengan normal. Namun, penglihatan Novel belum juga pulih.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, pada Kamis pagi 15 Juni 2016, dokter melepas membran plasenta yang sebelumnya ditempel melalui tindakan operasi di mata kanan Novel. Kemudian, softlens kembali dipasang di mata kanan tersebut.

Febri menjelaskan, mata kanan Kasatgas perkara korupsi e-KTP tersebut akan terus diobservasi selama satu pekan ke depan. Observasi rutin dilakukan untuk melihat pertumbuhan selaput mata.

Menurut Febri, jika selaput mata kanan tumbuh normal, pengobatan akan dilakukan seperti biasa. Namun jika tidak, dokter akan mengambil tindakan lain.

"Dokter akan menjahit kelopak mata kanan dalam jangka waktu sekitar satu sampai tiga minggu, untuk membuat kelopak mata lebih sipit. Langkah ini dilakukan agar pertumbuhan selaput mata lebih optimal," kata dia.

Adapun mata kiri Novel, kata Febri, masih dibiarkan menjalani pengobatan seperti biasa, meski penglihatan masih buram.

"Dari tes melihat huruf dan angka, mata kanan telah dapat melihat huruf E besar dan huruf W dengan jelas. Novel juga sudah dapat melihat dua baris angka tanpa alat bantu. Sedangkan mata kiri, penglihatan masih sangat terbatas dan buram," kata dia.

 

 

 

 

 

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya