Liputan6.com, Washington, DC - Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer, dikabarkan akan menempati posisi yang lebih strategis. Hal tersebut membuat sosoknya ke depan akan semakin jarang terlihat di muka publik.
Informasi tersebut dibocorkan seorang pejabat senior pemerintahan dan tiga orang yang dekat dengan potensi perubahan itu.
Advertisement
Seperti dikutip dari The Guardian yang melansir Associated Press, Selasa (20/6/2017), ketiga orang tersebut mengatakan, Spicer telah berhasil menemukan penggantinya sebagai sekretaris pers dan direktur komunikasi. Mereka tidak bersedia menyebut nama mengingat keputusan akhir belum diumumkan.
Sementara itu Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, menolak mengomentari potensi perubahan tersebut. Ia hanya mengatakan, "Kami telah mencari masukan dari banyak orang sebagaimana kami ingin memperluas operasi komunikasi kami. Seperti ketika Sean Spicer memulainya, dia mengelola keduanya, komunikasi dan kantor pers".
Perombakan staf utama telah menjadi topik pembicaraan yang konstan di Gedung Putih, tapi belum pernah terwujud. Pejabat terakhir yang lengser adalah direktur komunikasi Mike Dubke. Itu pun karena ia memutuskan mundur pada Mei lalu.
Potensi perubahan atas jabatan Spicer pertama kali diberitakan oleh Bloomberg News dan Politico.
Peran publik Spicer telah berkurang dalam beberapa pekan terakhir. Gedung Putih dilaporkan lebih sering mengirim menteri kabinet atau penasihat untuk berbicara langsung kepada wartawan bahkan melakukan briefing harian.
Spicer terakhir kali berbicara di hadapan awak media pada Senin waktu Washington di mana ia melarang sesi tanya jawab disiarkan di televisi. Ketika disinggung terkait isu penggeseran dirinya, ia tak memberikan kepastian.
"Ada hari-hari di mana saya memutuskan bahwa satu-satunya yang harus bicara adalah presiden dan ia akan mengulang prioritasnya," ungkap Spicer.
Peran Spicer sebagai sekretaris pers Gedung Putih memang disorot. Ia pernah beberapa kali melontarkan pernyataan kontroversial.
Pernah ia mengklaim, wartawan salah dalam melaporkan jumlah penonton pelantikan Trump. Tak hanya itu, pada April lalu, pria yang pernah menjabat sebagai ahli strategi Komite Nasional Partai Republik itu terpaksa minta maaf atas pernyataan "tidak pantas dan sensitifnya" setelah membandingkan Adolf Hitler dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Mei lalu, Trump mengancam tidak akan lagi mengadakan press briefing harian. Ia sampaikan kepada Fox News, Spicer melakukan pekerjaannya dengan baik, tapi ia dihajar habis-habisan.
Trump disebut-sebut menganggap Spicer sebagai juru bicara paling efektif. Ia justru menyalahkan tim komunikasinya atas berbagai "turbulensi" di Gedung Putih.
Saksikan video menarik berikut ini: