Harga Emas Sulit Naik

Harga emas berjangka AS turun 0,3 persen ke level US$ 1.243,50 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 21 Jun 2017, 06:36 WIB
Harga emas berjangka AS turun 0,3 persen ke level US$ 1.243,50 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun ke level terendah dalam lima pekan pada perdagangan Selasa karena penguatan dolar AS setelah salah satu pejabat Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) berkomentar soal angka inflasi.

Mengutip Reuters, Rabu (21/6/2017), harga emas di pasar spot turun 0,03 persen pada US$ 1.242,36 per ounce jelang penutupan setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah US$ 1.241 per ounce yang merupakan posisi terlemah sejak 17 Mei.

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,3 persen ke level US$ 1.243,50 per ounce.

Gubernur the Fed New York William Dudley mengatakan pada Senin kemarin bahwa tekanan di pasar tenaga kerja justru akan membantu menaikkan angka inflasi. Pernyataan tersebut mengkonfirmasi bahwa meskipun terdapat pelemahan data ekonomi tetapi the Fed tetap dalam rencana menaikkan suku bunga.

Setelah Dodley mengeluarkan pernyataan tersebut, nilai tukar dolar AS langsung menguat. Keperkasaan dolar AS semakin besar setelah Gubernur the Fed Boston Eric Rosengren menyatakan bahwa era suku bunga rendah saat ini justru memiliki risiko.

Tak hanya di AS, tekanan terhadap harga emas juga datang dari Eropa usai Gubernur Bank Sentral Inggris Mark Carney menyatakan belum akan menaikkan suku bunga acuannya, mengingat meningkatnya tekanan pada perekonomian Inggris dalam proses perpisahan dengan Uni Eropa.

"Harga emas kemungkinan besar sulit untuk naik kembali sampai dengan akhir tahun nanti. Terutama jika Bank Sentral Eropa mulai menahan langkah pembelian obligasi," jelas analis Natixis Bernard Dahdah.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya