Liputan6.com, Jakarta - Barrack Hussein Obama II lahir pada 4 Agustus 1961. Ayahnya seorang intelektual asal Kenya, sementara ibunya adalah gadis berkulit putih asal Kansas, Amerika Serikat.
Seperti dikutip dari BBC, saat usianya enam tahun, sang ibu, Ann Dunham, menikah dengan seorang pria Indonesia, Lolo Soetoro. Mereka pun pindah ke Jakarta, ke Menteng Dalam, yang kemudian menjadi kampung halaman keduanya saat belia.
Lidahnya merasakan kelezatan makanan yang dijual pedagang keliling, seperti bakso, nasi goreng, dan satai.
Barry--demikian ia akrab dipanggil saat bocah--menuntut ilmu di sekolah berbahasa Indonesia.
Pertama ia menuntut ilmu di Sekolah Santo Fransiskus Asisi. Kemudian, Obama pindah ke SD Negeri Besuki.
Obama tak lama berada di Indonesia. Ia kembali ke Hawaii dan tinggal bersama kakek dan neneknya.
Baca Juga
Advertisement
Setelah lulus dari Columbia University di New York, Obama bekerja selama tiga tahun sebagai staf lembaga sosial di permukiman kaum miskin di Chicago. Ia kemudian sekolah lagi di Harvard Law School dan menjadi Presiden Harvard Law Review.
Saat bekerja di sebuah firma hukum, ia bertemu dengan Michelle Robinson yang kemudian menjadi pasangannya.
Tak hanya menjadi pengacara hukum hak-hak sipil, Obama juga sempat jadi dosen di University of Chicago sebelum akhirnya terjun ke dunia politik.
Ia pun kemudian mencetak sejarah. Pada 4 November 2008, keturunan penggembala kambing dari Desa Nyangoma-Kogelo di Kenya, Afrika, itu mengalahkan seorang politikus tangguh sekaligus mantan ibu negara (Hillary Clinton) dalam konvensi Partai Demokrat, kemudian menang melawan mantan pahlawan perang John McCain, capres Partai Republik.
Barack Obama terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat di usianya yang masih muda, 47 tahun.
Hingga hari itu, sulit untuk membayangkan Presiden AS dijabat seseorang yang bukan "kulit putih". Bahwa orang Amerika keturunan Afrika bisa menjadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam. Saat itu, Obama mewakili harapan untuk warga Amerika yang lelah dengan perang yang gencar dilancarkan pemerintahan George W. Bush.
Barack Obama dinyatakan menang dengan hasil raihan suara cukup telak atas John McCain, 349 berbanding 163 electoral votes. Menurut perhitungan popular votes yang dikumpulkan Rabu pagi, Obama mengalahkan John McCain asal Arizona dan meraih 63 juta lebih suara, sementara McCain mengumpulkan kurang lebih 56 juta suara.
Kemenangan itu disambut sukacita dan tangis haru warga Amerika maupun dunia. Harian Prancis berhaluan independen Le Monde hari itu menulis, "Naiknya seorang pria berusia 47 tahun berkulit hitam ke Gedung Putih adalah bukti kepercayaan Amerika Serikat terhadap nilainya yang terpenting dan kemampuan untuk melupakan drama rasisme dan perbudakan."
Tembok rasial antara kaum kulit putih dan kulit hitam yang selama ini mewarnai sejarah Amerika Serikat sejak pidato tokoh kulit hitam Martin Luther King, Jr telah hancur.
Dalam pidatonya sehari kemudian, Obama menyebut kemenangannya adalah milik Amerika Serikat.
"Jika seseorang di luar sana yang masih meragukan bahwa Amerika Serikat adalah tempat di mana segala hal menjadi mungkin, pada mereka yang masih bertanya-tanya apakah mimpi para pendiri (AS) masih bertahan hingga saat ini, yang masih mempertanyakan kekuatan demokrasi. Malam ini adalah jawabannya," kata Obama dalam pidato kemenangannya 5 November 2014.
Selama delapan tahun memerintah Negeri Paman Sam, Obama mencetak sejumlah prestasi. Memperbaiki sistem kesehatan dan memperkuat hubungan dengan negara-negara di Asia Tenggara adalah buktinya.
Walau hanya sebentar menetap di Indonesia, ingatan masa kecilnya tetap melekat dalam pikiran Obama.
Saat berkunjung kembali ke Indonesia 2010 lalu, Obama mengungkapkan suka citanya. Ia mengatakan, Ibu Kota yang dikenalnya dulu sudah banyak berubah.
"Menyenangkan sekali berada di sini," sebut Obama seperti dikutip dari Daily Beast, Rabu (21/6/2017).
"Saya sampaikan kepada kalian, saya hampir tidak mengenali ini. Satu-satunya yang ada saat saya pindah adalah Sarinah, sekarang bangunan itu mungkin yang paling pendek," ucap dia.
Ia mengaku terkesan atas kondisi Jakarta yang saat ini sudah terisi dengan bangunan yang menjulang tinggi di beberapa ruas jalan.
"Ini berbeda pada 1967 dan 1968. Kebanyakan dari Anda yang belum lahir," ujar Obama yang disambut tawa hadirin, seperti dikutip dari whitehouse.go.
"Hotel Indonesia menjadi salah satu gedung yang tertinggi. Selain itu, ada juga satu department store besar yang disebut Sarinah," imbuh Obama.