Liputan6.com, Makassar Setiap menghadapi musim mudik Lebaran, pemandangan paling lazim yang kita temui antrean panjang kendaraan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Akibat kondisi tersebut, diakui pemerintah kerap menimbulkan persepsi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), khususnya Premium, padahal sebetulnya tidak.
Hal ini dijelaskan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) sekaligus Koordinator Posko Nasional ESDM, Fanshurullah Asa saat blusukan ke Terminal BBM dan Depot Elpiji Makassar di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (21/6/2017).
Baca Juga
Advertisement
"Kalau ada antrean panjang di SPBU, bukan karena langka. Stok ada, apalagi saat ini cadangan BBM di Sulawesi sangat cukup sampai lebih dari 20 hari ke depan," tegas Fanshurullah.
Ia mengungkapkan, antrean panjang kerap terjadi saat pembelian BBM Premium di SPBU karena sebagian besar keran selang BBM atau biasa disebut nozzle khusus Premium diganti ke Pertalite.
"Nozzle Premium sudah dikurangi, yang terjadi antrean memanjang. Persepsinya terjadi kelangkaan, padahal bukan langka," ucapnya.
Fanshurullah mengungkapkan, konsumsi masyarakat terhadap BBM saat ini mulai bergeser dari Premium ke Pertalite. Pernyataan itu didukung dengan data kenaikan penyaluran Pertalite oleh Pertamina di bulan Ramadhan tahun ini dibanding 2016 mencapai 215 persen dari 672 Kiloliter (Kl) menjadi 2.119 Kl.
"Sekarang selisih harga Premium dan Pertalite sudah Rp 900 per liter. Budaya masyarakat pasti mencari yang lebih murah lagi, jadi khawatir masyarakat konsumsi lagi Premium, khususnya yang basisnya bukan di perkotaan, melainkan di Kabupaten atau pinggiran kota," jelasnya.
Oleh karena itu, Fanshurullah meminta kepada Pertamina untuk tepat waktu dalam distribusi BBM, terutama menghadapi Lebaran.
"Jangan sampai kesannya mengurangi Premium, padahal tidak. Maka dari itu, suplai jangan sampai terlambat. Gelontorin saja Premium dan Pertalite, sehingga masyarakat bisa memilih," harapnya.
General Manager PT Pertamina MOR VII, Joko Pitoyo memastikan tidak mengurangi kuota Premium, namun tentunya harus mengikuti jatah yang sudah diberikan pemerintah ke perusahaan.
"Pertamina kan menyalurkan BBM Premium penugasan maupun yang subsidi Solar berdasarkan kuota yang diberikan pemerintah. Makanya kami sediakan alternatif Pertalite di Sulawesi dan terbukti masyarakat semakin sadar dengan kualitas. Bahkan kalau kami tidak bisa mengendalikan, penjualan per hari bisa tembus 900 Kl dari rata-rata 600-700 Kl per hari," terangnya.
Adapun data penyaluran BBM Premium di Sulawesi pada Ramadan tahun ini, yakni:
1. Premium
- Rata-rata Ramadhan 2016 vs estimasi 2017 turun 18,7 persen (5.880 Kl vs 4.783 Kl)
- Estimasi masa Ramadhan 2017 naik 0,7 persen dari hari normal (4.752 Kl vs 4.783 Kl)
- Rata-rata realisasi penyaluran sampai dengan H-6 turun 13 persen dari hari normal (4.752 Kl vs 4.118 Kl)
- H-2 estimasi naik 31 persen dari normal (4.752 Kl vs 6.207 Kl)
- H-1 estimasi naik 38 persen dari normal (4.752 Kl vs 6.540 Kl)
- Hari H estimasi turun 37 persen dari normal (4.752 Kl vs 2.972 Kl)
- H+7 arus balik estimasi naik 16 persen dari normal (4.752 Kl vs 5.521 Kl)
2. Pertalite
- Rata-rata Ramadhan 2016 vs estimasi 2017 naik 215 persen (672 Kl vs 2.119 Kl)
- Estimasi masa Ramadhan 2017 naik 42 persen dari hari normal (1.494 Kl vs 2.119 Kl)
- Rata-rata realisasi penyaluran sampai dengan H-6 naik 28 persen dari hari normal (1.494 Kl vs 1.912 Kl)
- H-2 estimasi naik 95 persen dari normal (1.494 Kl vs 2.914 Kl)
- H-1 estimasi naik 142 persen dari normal (1.494 Kl vs 3.612 Kl)
- Hari H estimasi naik 25 persen dari normal (1.494 Kl vs 1.864 Kl)
- H+7 arus balik estimasi naik 64 persen dari normal (1.494 Kl vs 2.449 Kl).
Simak video menarik berikut ini: