Liputan6.com, Jakarta - Penghapusan subsidi listrik pelanggan golongan 900 Volt Ampere (VA) bagi warga mampu yang mulai dijalankan tahun ini mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Cemoohan perihal pencabutan subsidi listrik di jejaring media sosial pun harus diterima PT PLN (Persero).
"Di media sosial, isu ini (listrik) bukan cuma isu sosial, tapi juga politik. PLN di-bully, dianggap semena-mena mencabut subsidi listrik," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Andy Noorsaman Sommeng, di Makassar, Kamis (22/6/2017).
Penghapusan subsidi listrik merupakan langkah pemerintah untuk menyalurkan subsidi tepat sasaran. "Bukan mencabut sih ya, tapi tepatnya menertibkan. Seolah-olah menaikkan tarif listrik, padahal ini agar tepat sasaran karena golongan 450 VA tetap disubsidi," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Andy meminta masyarakat, khususnya warga mampu, agar dapat menerima kebijakan tersebut. Sebab, penghematan anggaran subsidi triliunan rupiah dapat dialihkan ke sektor-sektor produktif, terutama membangun infrastruktur kelistrikan di desa hingga daerah pelosok dan terpencil.
"Beli pulsa lebih mahal saja mampu, beli gadget mahal tidak marah. Masa buat bayar listrik pelit, padahal untuk masak, lampu. Yang marah-marah pelit itu namanya, rezekinya bisa susah karena penghematannya bisa buat bangun listrik di tempat lain. Masa punya rezeki lebih tidak mau mengurangi beban orang lain yang belum punya listrik," ucap dia.
Menteri ESDM Ignasius Jonan sebelumnya pernah mengatakan, dengan ada pencabutan subsidi listrik, uang negara yang sebelumnya untuk menomboki biaya pemakaian listrik yang masuk dalam golongan pelanggan 900 VA yang mampu tersebut dialihkan untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan dan menerangi desa-desa yang saat ini belum menikmati listrik.
"Ini diupayakan uangnya untuk itu. Masa kalau kita mampu atau tidak perlu disubsidi, kita minta subsidi?," tutur Jonan.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: