Bos Cantik Facebook Dirayu Jadi CEO Uber?

Apakah COO Facebook Sheryl Sandberg menerima tawaran ini?

oleh Jeko I. R. diperbarui 22 Jun 2017, 16:00 WIB
Sheryl Sandberg, COO di Facebook penulis terlaku buku "Lean In". (Sumber women2.com)

Liputan6.com, San Francisco - Tak butuh waktu lama, setelah CEO Uber  Travis Kalanick mengundurkan diri, perusahaan langsung mengambil langkah untuk mencari sosok penggantinya. Kabarnya, Uber sempat mendekati COO Facebook  Sheryl Sandberg.

Salah satu alasan mengapa Uber mendekati tangan kanan Mark Zuckerberg itu tak lain karena Sandberg dianggap menjadi sosok yang tepat untuk memimpin Uber. Apalagi, kondisi perusahaan kini tengah keruh.

"Sheryl itu adalah sosok yang benar-benar dibutuhkan Uber pada sekarang ini," kata seorang sumber dari MarketWatch, Kamis (22/6/2017).

Sumber lain dari Bloomberg justru menyebut bahwa Sandberg sudah menolak tawaran ini. Namun, bukan berarti pikirannya tidak berubah.

Kiprah Sandberg di Facebook tentu sangat diperhitungkan. Selama sembilan tahun mengemban posisi COO, ia sukses membawa Facebook sebagai raksasa media sosial.

Kolaborasi Sandberg dan Zuck--sapaan akrab Zuckerberg--bahkan kerap disebut tak ada tandingannya bak dynamic duo. Tak cuma itu, Sandberg yang seorang feminis diyakini juga dapat menyelamatkan kultur perusahaan Uber yang selama ini tercoreng akibat kasus pelecehan seksual.

Sebelumnya, analis bisnis dan editor senior di Fortune, Adam Lashinsky juga berpendapat bahwa Sandberg bisa mengambil alih pimpinan Uber. Menurutnya, Sandberg seharusnya menjadi COO, bukan CEO.

"Layaknya Facebook, Uber juga harus butuh 'Sheryl Sandberg' bagi mereka. Kita tahu kan, Mark Zuckerberg dan Sandberg adalah dua pimpinan Facebook dengan peran dan latar belakang berbeda. Buktinya, hingga kini Facebook makmur-makmur saja,” katanya melanjutkan.

Sandberg, menurut Lashinsky, memang tidak memiliki latar belakang engineering seperti Zuckerberg. Nah, sesuai dengan jabatannya sebagai COO, sosok Sandberg berpengalaman di bidang marketing dan komunikasi. Karena itu, ketimpangan yang sedang terjadi pada Uber adalah cuma memiliki seorang Kalanick yang notabene andal di bidang engineering.

"Di sinilah kurangnya Uber. Kalanick itu ambisius, tetapi ia ingin terlibat di semua bidang. Jadinya karut-marut," tukas Lashinsky.

Hengkangnya Kalanick dari jabatannya sebagai CEO disebut karena berbagai tekanan dari dewan direksi perusahaan dan investor Uber. Mereka menilai Kalanick menjadi salah satu pemicu terjadinya kemelut di Uber.

Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari The New York Times, lima investor utama Uber meminta kepada Kalanick untuk segera mengundurkan diri.

Salah satu investor yang meminta Kalanick mundur adalah pemegang saham terbesar Uber dari perusahaan ventura Benchmark bernama Bill Gurley.

(Jek/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya