Korea Utara Bantah Siksa Mahasiswa AS yang Meninggal

Dalam sebuah pernyataan resmi, Korea Utara membantah telah menyiksa Otto Warmbier. Mahasiswa AS itu tewas pada 19 Juni lalu.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 23 Jun 2017, 19:20 WIB
Otto Warmbier, mahasiswa Amerika yang menghabiskan 17 bulan di tahanan Korea Utara (AP Photo/Jon Chol Jin)

Liputan6.com, Pyongyang - Melalui sebuah pernyataan resmi, Korea Utara membantah telah menyiksa mahasiswa Amerika Serikat Otto Warmbier yang tewas pada 19 Juni 2017 lalu.

Respons itu disampaikan oleh Pyongyang melalui media pemerintah Korean Central News Agency (KCNA). Demikian seperti yang dikutip dari USAtoday.com, Jumat (23/6/2017).

Sebelumnya, Otto Warmbier sempat menghabiskan 17 bulan di tahanan Korea Utara. Ia dituduh mencuri pamflet politik saat berkunjung ke Pyongyang pada musim semi 2016.

Warmbier mengaku telah mencuri pamflet tersebut demi mendapat ampunan dan kebebasan dari otoritas setempat.

Akan tetapi, permohonan pemuda itu diabaikan dan Korut menjatuhkan hukuman 15 tahun kerja paksa atas dugaan pelanggaran hukum tersebut.

Diduga, selama menjalani hukuman di Korea Utara, kondisi kesehatan pemuda 22 tahun itu kian memburuk. Ia kemudian dibebaskan dari penjara Korea Utara pada 12 Juni 2017.

Korea Utara mendeskripsikan pembebasan Warmbier atas alasan kemanusiaan, bukan karena misi diplomatik atau kondisi kesehatannya yang memburuk.

Saat tiba di AS pada 13 Juni, Warmbier mengalami koma, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat.

Selain itu, Pyongyang juga meyakini bahwa penghukuman terhadap pria kelahiran Wyoming itu dilakukan atas dasar hukum yang absolut.

"Korea Utara memperlakukan semua kriminal yang melanggar hukum sesuai dengan ketentuan domestik dan internasional. Warmbier tak menjadi perbedaan," tegas Korut melalui pernyataan resminya.

Pyongyang justru mengkritik Korea Selatan dan AS karena memanfaatkan kematian Warmbier menuntut pembebasan 3 warga AS serta 6 warga Korsel yang masih ditahan.

Dalam pernyataannya, Korut tidak mencantumkan informasi detail mengenai pemicu kondisi koma yang dialami Warmbier. Sebelumnya, Korea Utara menyebut bahwa Warmbier mengonsumsi obat tidur dan sempat mengidap infeksi botulisme setelah divonis.

Hasil visum menunjukkan tidak ditemukan bakteri yang menjadi penyebab infeksi botulisme, seperti halnya yang diklaim oleh Korea Utara.

Sementara itu menurut keterangan tambahan Dr Daniel Kanter, neurolog dari University of Cincinnati Medical Center, otak Warmbier mengalami kerusakan.

Kini, jenazah pemuda itu disemayamkan di kampung halamannya di Wyoming, Cincinnati, Ohio, AS.

Peristiwa tragis itu menuai kritik dari petinggi Amerika Serikat, mulai dari Senator John McCain hingga Presiden Donald Trump.

"Mari kita nyatakan fakta dengan jelas: Otto Warmbier, seorang warga negara Amerika, dibunuh oleh rezim Kim Jong-un," ujar Senator AS, John McCain.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengutuk "rezim brutal" Korut dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Warmbier.

"Tidak ada yang lebih tragis bagi orang tua daripada kehilangan anaknya," ujar Trump dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN.

"Nasib Otto memperdalam tekad pemerintah saya untuk mencegah tragedi semacam itu menimpa orang-orang yang tidak bersalah, di tangan rezim yang tak menghormati peraturan hukum atau kesusilaan dasar manusia."

Saksikan juga video berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya