Malam Lebaran, Obor di Atas Kerumunan

Ada makna penting di balik pawai takbiran dengan obor di malam lebaran.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 25 Jun 2017, 00:02 WIB
Maskot takbir keliling yang dibuat mirip Iron Man ini diarak keliling kampung, inilah momentum warga adu kreatifitas komunal. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Takbir Keliling menjadi sebuah kegiatan rutin bagi masyarakat. Bukan saja sebagai penanda datangnya hari raya Idul Fitri, namun saat ini menjadi momentum saling menyapa dengan para tetangga dan menghimpun kreativitas massal.

Seniman dan budayawan Djawahir Muhammad menyebutkan, kemunculan maskot takbiran itu awalnya dipicu adanya lomba takbir di masa lalu. Ketika jaman bergeser menjadi lebih individual dan budaya merantau menjadi pilihan survive atau bertahan hidup, dibutuhkan sebuah simpul untuk menyatukan masyarakat.

"Malam takbiran menjadi salah satu simpul yang menyatukan kreativitas mereka. Selain tentu saja untuk unjuk eksistensi komunitas. Entah warga kampung, aktivis masjid, musala, atau bahkan kelompok-kelompok pemuda yang informal," kata Djawahir, Sabtu, 24 Juni 2017.

Ia menjelaskan bahwa dengan banyaknya masyarakat yang menjadi urban, kesempatan saling menyapa menjadi berkurang. Keberadaan gawai dan media sosial ikut memperburuk kondisi sosial yang ada. Sehingga momentum malam takbiran dimanfaatkan untuk mencetuskan ide bersama-sama. Menyatukan kenangan sekaligus menjawab kebutuhan manusia bersosialisasi.

Dalam mewujudkan ide itu, terjadi tawar-menawar antar penggagasnya dan menepikan ego untuk mencapai puncak eksistensi mengalahkan kelompok lain. Tentu saja mengalahkan dalam hal yang baik.

"Selain itu, kelihatan sekali jika ini adalah ungkapan kegembiraan bersama. Lebaran selalu membawa kegembiraan, dan masyarakat mencoba menghadirkan kegembiraan itu dalam kegiatan yang sama," kata Djawahir.

Malam takbiran di perkampungan tentu berbeda dengan yang berada di perkotaan. Di kota lebih banyak memanfaatkan kendaraan bermotor, dan membawa maskot takbiran itu dalam sebuah mobil pikap. Sementara di kampung dilakukan dengan jalan kaki menempuh rute tertentu berkeliling desa. Mereka membawa obor sebagai alat penerangan, meskipun saat ini perkampungan juga sudah terang benderang.

Fungsi obor adalah untuk menghasilkan cahaya api yang eksotis. Dari obor itu pula, berbagai atraksi bisa dimainkan. Misalnya menyemburkan minyak tanah ke obor sehingga muncul pemandangan yang sangat eksotis.

Kehadiran maskot dihiasi lampu warna warni juga selalu mengikuti tren yang berkembang. Seperti terlihat di daerah kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan yang mengarak maskot berbentuk Ironman. Ada pula makhluk ajaib berwujud seperti Icarus dalam mitologi Yunani.

Riyanto, salah satu warga yang menyaksikan takbir keliling mengaku, sengaja mengajak keluarganya untuk mengenalkan tradisi dan budaya masyarakat desanya. Ia menjelaskan dengan telaten kepada Hasnah, anaknya yang masih kecil mengenai ekspresi syukur kepada Allah SWT bisa dilakukan dengan berbagai cara.

"Kalau kemudian diarak, itu kan biar banyak masyarakat yang tahu dan melihat. Maklum di kampung sangat jarang hiburan semacam karnaval yang menonjolkan gebyar ramai-ramai. Bagi saya malam takbiran adalah hiburan juga," kata Riyanto.

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya