Liputan6.com, Kairo - Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi pada Sabtu waktu setempat meratifikasi sebuah perjanjian tahun 2016 di mana negaranya akan mengalihkan kontrol dua pulau strategis di Laut Merah ke Arab Saudi. Pada awal pekan ini, el-Sisi menegaskan bahwa masalah tersebut akan ditutup.
Kabar diratifikasinya perjanjian tersebut oleh el-Sisi datang melalui sebuah pernyataan kabinet yang dinilai disampaikan dengan sangat hati-hati.
Advertisement
Seperti dikutip dari Belfast Telegraph yang melansir Associated Press, Minggu (25/6/2017), kabar tersebut diumumkan sesaat sebelum matahari terbenam atau tepatnya ketika sebagian besar warga tengah pulang ke rumah untuk berbuka puasa.
"Masalah ini telah ditutup dan saya menyinggungnya karena kami tidak memiliki sesuatu untuk disembunyikan," terang el-Sisi dalam sebuah pernyataan di televisi pada awal pekan ini.
"Anda telah memercayakan negara ini kepada saya dan saya akan mempertanggungjawabkannya tidak hanya kepada Anda, tapi juga kepada Tuhan," tambahnya.
Parlemen menyetujui ratifikasi kesepakatan tersebut pada 14 Juni 2017 di tengah perdebatan panas.
Tak heran jika pemerintah Mesir memutuskan mengumumkannya secara sangat hati-hati, mengingat demonstrasi terbesar sejak el-Sisi menjabat ketika perjanjian tersebut disampaikan pada April tahun 2016 oleh Raja Salman.
Persetujuan parlemen atas kesepakatan tersebut juga memicu demonstrasi, hanya saja dalam skala yang lebih kecil dan dapat dikendalikan oleh pasukan keamanan. Setidaknya 120 orang ditahan dalam peristiwa tersebut, namun kini kebanyakan dari mereka telah dibebaskan.
Para pejabat Saudi dan Mesir meyakini bahwa dua pulau itu, yakni Tiran dan Sanafir, merupakan milik Arab Saudi. Namun di tengah ketegangan antara Arab-Israel pada tahun 1950-an, Riyadh meminta Kairo untuk menjaganya.
Kritikus mengatakan, penyerahan kembali pulau tersebut ke Saudi diikuti dengan imbalan bantuan miliaran dolar Saudi. Namun hal ini dibantah pemerintah Mesir.
Sementara itu, persetujuan parlemen Mesir atas ratifikasi tersebut diyakini bertentangan dengan dua putusan pengadilan pada Juni 2016 dan Januari 2017 yang menegaskan kembali keputusan kepemilikan Negeri Piramida atas kedua pulau itu.
Namun belum lama ini, Mahkamah Agung Mesir membatalkan kedua putusan tersebut dan juga dua keputusan lainnya untuk mendukung ratifikasi oleh pemerintah.
Pulau Tiran dan Sanafir berada di mulut Teluk Aqaba. Secara signifikan, Tiran mengontrol jalur pelayaran yang sempit, yakni Selat Tiran yang mengarah ke utara pelabuhan Eilat dan Aqaba, di Israel dan Yordania.
Dalam perang Arab-Israel 1967, Israel menduduki dua pulau tersebut. Namun pada akhirnya mereka mengembalikannya ke Mesir melalui sebuah perjanjian damai pada tahun 1979.