Liga Super ASEAN Sulit Terwujud

Ide penyelenggaraan Liga Super ASEAN sudah muncul sejak 10 tahun lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jun 2017, 05:15 WIB
ASEAN Super League sulit dilaksanakan. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - ASEAN Super League (ASL) kemungkinan besar tidak terealisasi. Ide membentuk liga berisi 10 klub besar dari negara Asia Tenggara itu masih berjalan di tempat karena beberapa alasan.

The New Paper memberitakan, Sekjen AFC, Windsor John, mengungkapkan bila AFC belum bisa memberikan lampu hijau pelaksanaan ASL karena pihak penyelenggara belum memberikan kepastian apakah mereka mampu mengatur kompetisi di sela jadwal Piala AFC dan Liga Champions Asia.

AFC menegaskan, pelaksanaan ASL tetap harus di bawah struktur turnamen yang diselenggarakan AFC. "Mereka (penyelenggara ASL) sudah mengirim surat ke kami bila mereka tidak lagi mengejar realisasi ASL," ujar John.

Proyek ASL ini juga tidak mendapatkan respons dari calon peserta seperti yang diinginkan penyelenggara. Filipina misalnya, melalui Federasi Sepak Bola Filipina (PFF), sudah menyatakan tak akan ikut serta dengan mengirim perwakilan klub karena sedang fokus pada kompetisi domestik profesional yang baru bergulir tahun ini.

"Kami sudah menentukan sikap, kami harus jujur bila kami harus memprioritaskan dan memberi penekanan pada liga pro kami," kata Edwin Gastanes, Sekjen PFF.

Menariknya, Singapura melalui Presiden Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS), Lim Kia Tong, mengungkapkan hal senada.

"Bila liga kami belum berjalan baik, mustahil bagi kami mengirim tim sebagai partisipasi ke ASL karena hal itu hanya akan memberi keuntungan pada tim itu dibandingkan gambaran besar yang kami miliki perihal S-League," timpal Kia Tong.

Saksikan video menarik berikut:


Respon Negara Lain

Sementara negara-negara lain seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia, disebut hanya memperlihatkan ketertarikan tanpa ada aksi nyata mendukung proyek ini. Hal itu disampaikan R. Sasikumar, mantan pemain Timnas Singapura, yang memiliki perusahan pemasaran dan bekerja sama dengan Liga Filipina (PFL).

"Proyek ini selalu sulit (digulirkan) karena tidak ada peminat dari level tertinggi maupun level federasi. Negara-negara ASEAN seperti Thailand, Indonesia, Vietnam, dan Malaysia terlihat tidak nyaman dengan konsep ASL," kata Sasikumar.

"Tanpa dukungan besar fans di negara-negara itu yang mendorong nilai komersial ASL, tidak ada yang bisa dijual. Mencoba menarik penggemar ke suatu hal baru selalu jadi tantangan dan ASL harus menyiapkan dana besar untuk memenangkan penggemar," imbuh Sasikumar.

Sebagai catatan, gagasan ASL datang dari mantan Presiden Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS), Zainudin Nordin. Nordin beberapa kali menegaskan bila ide ini mendapat dukungan sepenuhnya dari Asosiasi Sepak Bola ASEAN (AFF). (Artikel asli ditulis Aning Jati/diedit Juprianto Alexander Sianipar/Bola.com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya