Liputan6.com, Jakarta - Ketika bom-bom nuklir dijatuhkan, permukaan planet ini akan berubah selamanya. Selama 50 tahun, ketakutan akan hal itu terus membayang setiap saat.
Selama itu dunia hidup dengan kesadaran bahwa kalau satu orang saja teledor menekan tombol, maka terjadilah kiamat nuklir.
Sekarang kita memang tidak sedemikian khawatir. Sejak runtuhnya Uni Soviet, kehancuran akibat nuklir seakan menjadi latar belakang kisah film atau permainan. Padahal ancamannya belum benar-benar surut. Masih ada banyak bom nuklir bertebaran.
Baca Juga
Advertisement
Para peneliti menjalankan rangkaian uji dan simulasi untuk mengerti jalannya kehidupan setelah ledakan bom nuklir.
Seperti dikutip dari listverse.com pada Selasa (27/6/2017), ada segelintir manusia yang akan bertahan. Tapi kehidupan sesudah suatu perang nuklir akan berubah sepenuhnya seperti berikut:
1. Turun Hujan Hitam Pekat
Beberapa saat setelah ledakan bom atom, turun hujan lebat yang terdiri dari bulir-bulir berminyak pekat berwarna kehitaman dan dapat membunuh manusia. Jadi bukan seperti hujan air biasa yang membersihkan debu dan memadamkan api.
Di Hiroshima, hujan hitam mulai turun sekitar 20 menit setelah bom meledak. Hujan itu melingkupi daerah yang membentang 20 kilometer di seputar titik ledakan (ground zero). Hujan itu mencemari dengan radiasi 100 kali lebih kuat daripada kalau orang melangkah ke pusat ledakan.
Kota-kota di sekitar Hiroshima terbakar hingga menyedot oksigen dari para korban yang sudah sekarat karena kehausan. Karena amat kehausan, banyak korban yang membuka mulutnya sambil menengadah ke langit untuk menampung hujan aneh itu.
Tapi radiasi dalam cairan hujan itu cukup untuk membuat perubahan dalam darah mereka. Dampak radiasi itu bahkan masih ada hingga sekarang di tempat kejadian.
Advertisement
2. Denyut Elektromagnetik Padamkan Daya Listrik
Ketika terjadi ledakan nuklir, muncullah denyut radiasi elektromagnetik yang dapat mematikan sistem listrik atau bahkan semua jaringan listrik di seluruh negeri.
Dalam sebuah uji nuklir, denyut yang dihasilkan oleh ledakan bom atom sedemikian kuatnya sehingga melumpuhkan lampu-lampu jalan, perangkat televisi, dan telepon dalam rumah hingga jarak 1600 kilometer dari pusat ledakan.
Tapi kerusakan tersebut sebenarnya bukan bagian dari rencana. Sejak saat itu, bom atom dirancang untuk juga merusak kelistrikan dengan sengaja.
Jika suatu bom dirancang untuk menyebar denyut elektromagnetik untuk berdampak pada 400 hingga 480 kilometer di suatu negara sebesar Amerika Serikat, maka jaringan daya listrik di seluruh negeri akan lumpuh.
Jadi, setelah ledakan bom, listrik akan padam. Kulkas-kulkas penyimpan makanan akan mati dan data pada setiap komputer akan terhapus. Yang paling parah, fasilitas penyulingan air bersih akan berhenti sehingga warga kehabisan pasokan air bersih.
Diperkirakan perlu kerja keras selama 6 bulan agar seluruh negeri kembali terhubung secara daring dengan anggapan orang bekerja tanpa berbayar. Jadi, setelah ledakan, kita perlu waktu cukup lama tanpa listrik dan air bersih.
3. Kabut Asap Halangi Sinar Matahari
Segala sesuatu di sekitar pusat ledakan akan diterpa energi amat kuat dan menyala. Semua yang bisa terbakar akan terbakar, termasuk bangunan, hutan, plastik, dan bahkan aspal jalan raya.
Tempat-tempat penyulingan minyak, yang menjadi salah satu sasaran utama dalam Perang Dingin, akan meletup dalam kobaran api. Api yang melingkupi setiap sasaran bom nuklir akan menghasilkan asap jelaga yang beracun.
Muncullah awan asap pada 15 meter di atas permukaan Bumi. Ukuran awan itupun semakin membesar sambil melarung dihembus angin hingga menutupi seluruh permukaan planet dan menghalangi pemandangan ke langit.
Selama beberapa tahun pertama, ketika kita melangkah ke luar rumah, maka matahari tidak terlihat bersinar. Yang tampak hanyalah awan-awan hitam yang menghalangi cahaya.
Sukar meramalkan lamanya awan itu bergantung di langit hingga akhirnya tersingkir dan kita melihat lagi langit yang biru. Tapi, dalam kiamat nuklir sepenuhnya, langit biru diduga baru terlihat 30 tahun kemudian.
Advertisement
4. Terlalu Dingin Untuk Menanam Pangan
Ketika matahari terhalang, suhu udara pun berkurang dan tergantung dari jumlah bom atom yang meledak, dampaknya bisa luar biasa. Dalam kasus ekstrem, suhu global diperkirakan bisa anjlok sebesar 20 derajat Celcius.
Jika terjadi kiamat nuklir total, maka tahun pertama setelah ledakan akan berlangsung tanpa musim panas. Suhu udara saat masa cocok tanam juga lebih seperti musim dingin sehingga secara praktis tidak mungkin menanam tanaman pangan.
Hewan-hewan di seluruh dunia akan mati kelaparan dan sayur-sayuran menjadi layu hingga mati. Tapi, itu belumlah awal jaman es baru. Selama 5 tahun sesudahnya, kebekuan yang mematikan mengganggu musim tanam yang menjadi 1 bulan lebih pendek.
Secara perlahan, semua itu akan pulih dan suhu udara kembali normal setelah 25 tahun. Kehidupan terus berlanjut jika kita bisa menyintas cukup lama untuk mengalaminya lagi.
5. Sobeknya Lapisan Ozon
Kehidupan sesudah ledakan bom atom tidak bisa seluruhnya kembali normal. Setahun setelah hantaman bom, beberapa proses yang diakibatkan oleh atmosfer yang tercemar mulai melubangi lapisan ozon. Hal itu akan menjadi petaka.
Dengan ledakan nuklir kecil setara dengan 0,03 persen seluruh arsenal nuklir dunia pun diduga dapat merusak sekitar 50 persen lapisan ozon. Dunia pun dihujam terpaan sinar ultra ungu (ultraviolet, UV).
Tanaman-tanaman di seluruh dunia akan mati dan setiap bentuk kehidupan yang berhasil menyintas akan berjuang menghadapi mutasi DNA mereka. Bahkan, tanaman yang paling kebal pun menjadi lebih lemah, lebih kecil, dan semakin sulit melakukan reproduksi.
Ketika langit kembali cerah dan dunia kembali menghangat, pertanian tanaman pangan menjadi amat sulit dilakukan. Keseluruhan lahan pertanian akan mati ketika orang mencoba menanam tanaman pangan dan para petani yang terlalu lama berada di bawah matahari akan meninggal karena kanker kulit.
Advertisement
6. Miliaran Orang Kelaparan
Dalam kiamat nuklir sepenuhnya, perlu sekitar 5 tahun hingga orang bisa lagi menanam makanan dalam jumlah cukup. Seperti telah dijelaskan, suhu rendah, kebekuan, dan radiasi ganas sinar UV menyebabkan hanya sedikit tanaman pertanian yang mampu menyintas hingga bisa dipanen.
Miliaran orang akan mati kelaparan. Mereka yang mempu menyintas harus mencari cara mendapatkan makanan dan itu bukanlah tugas yang gampang.
Mereka yang tinggal dekat samudra mungkin memiliki kesempatan yang sedikit lebih baik karena lautan menjadi dingin secara lebih perlahan, walaupun kehidupan di lautan tetap akan langka.
Kegelapan akibat sinar matahari yang terhalang akan membunuh plankton, yaitu sumber utama makanan yang menjaga kelangsungan kehidupan dalam laut.
Polusi radioaktif melonjak pesat dalam air sehingga mengurangi bentuk kehidupan dan membahayakan apapun yang dikail untuk dimakan.
Kebanyakan penyintas tidak akan bertahan lebih dari 5 tahun pertama. Pangan akan menjadi sangat langka, persaingan pun amat ganas dan sebagian besar manusia akan gugur.
7. Makanan Kemasan yang Aman
Salah satu cara orang bertahan selama 5 tahun pertama adalah dengan adanya makanan kemasan, baik dalm botol maupun kaleng. Memang seperti kisah fiksi, tapi makanan yang disimpan secara kedap akan tetap aman dimakan setelah terjadinya kiamat nuklir.
Para peneliti melakukan eksperimen dengan menempatkan bir dan soda dalam botol dekat ledakan nuklir. Botol-botol itu kemudian berlumuran lapisan radiasi tebal di bagian luar, tapi isinya masih aman.
Hanya minuman-minuman yang amat dekat dengan pusat ledakan lah yang menjadi radioaktif, tapi radiasi itu pun tidak cukup mampu untuk membunuh seseorang.
Makanan kalengan juga diduga akan tetap aman seperti halnya minuman botolan. Air yang ada jauh di dalam tanah juga diduga akan tetap aman untuk diminum. Jadi, pergulatan penyintasan nantinya adalah perebutan kendali atas sumur-sumur di pedalaman dan makanan kaleng.
Advertisement
8. Resapan Radiasi Kimia dalam Tulang
Sekalipun makanan cukup tersedia, para penyintas harus berjuang melawan merebaknya kanker. Segera setelah bom meledak, partikel-partikel radioaktif akan berhamburan ke langit dan jatuh ke seluruh dunia.
Ketika mendarat, partikel itu amat kecil dan menyebar sehingga kita tidak bisa melihatnya. Tapi partikel-partikel itu masih mampu membunuh kita.
Salah satu zat yang menyebar adalah strontium-90 yang, ketika dihirup atau tertelan, akan mengelabui tubuh manusia seakan sebagai kalsium. Tubuh manusia segera mengirim zat kimia beracun itu ke dalam sum-sum tulang dan gigi. Korban pun diserang kanker tulang karenanya.
Penyintasan menghadapi partikel-partikel radioaktif bukanlah masalah keberuntungan. Belum sepenuhnya jelas seberapa lama partikel-partikel itu akan meluruh.
Tapi, jika meluruh dalam waktu yang cukup lama, kita mungkin bisa menyintas. Jika perlu 2 waktu hingga partikelnya meluruh, maka sifat radioaktif zat itu akan turun 1000 kali lipat sehingga kita bisa melewati masa waktu tersebut.
Angka penderita kanker akan bertambah, rentang usia akan berkurang, dan cacat kelahiran menjadi semakin lazim. Tapi, manusia belum akan musnah.
9. Hadirnya Badai Besar
Dalam waktu 2 atau 3 tahun setelah kegelapan yang membeku, diduga akan muncul serbuan badai bertubi-tubi yang belum pernah kita alami sebelumnya.
Debu yang terhambur ke stratosfer bukan sekadar menghalangi matahari tapi juga berdampak pada cuaca karena mengubah cara pembentukan awan yang menjadi semakin efisien dalam menghasilkan hujan.
Sebelum kembali normal, kita mengalami hujan yang hampir terus menerus ke Bumi dalam bentuk badai ganas.
Walaupun suhu Bumi anjlok ke musim dingin nuklir, lautan perlu lebih lama untuk menjadi dingin dan secara relatif masih tetap hangat. Dengan demikian terbentuklah badai-badai ganas sepanjang tepi samudra. Topan akan melanda pantai-pantai dunia selama bertahun-tahun.
Advertisement
10. Manusia Akan Menyintas
Miliaran orang akan meninggal dalam kiamat nuklir. Diperkirakan sekitar 500 juta orang segera meninggal dalam ledakan. Beberapa miliar orang akan mati kelaparan atau kedinginan selagi bertahan hidup dalam dunia yang baru.
Tapi ada alasan kuat bahwa segelintir orang yang tahan banting akan berhasil melewatinya. Tidak banyak, tapi masih lebih baik daripada cara pandang biasanya tentang kiamat nuklir.
Pada 1980, para ilmuwan hampir secara konsensus berpandangan bahwa keseluruhan planet ini akan musnah. Tapi, sekarang ini, muncul secercah harapan bahwa ada segelintir manusia yang akan bertahan.
Setelah 25 hingga 30 tahun, awan-awan akan jernih lagi, suhu kembali normal, dan kehidupan bisa mulai lagi. Tanaman akan mulai tumbuh walau tidak serimbun sebelumnya.
Tapi, setelah beberapa dekade, dunia akan tampak seperti Chernobyl modern, yang memiliki hutan lebat menyelimuti reruntuhan kota mati. Kehidupan berjalan terus dan manusia akan membangun lagi, tapi dunia tidak akan pernah sama lagi.