Teror Polisi di Hari Nan Fitri

Satu anggota kesatuan Yanma Polda Sumatera Utara Aiptu Martua Sigalingging meninggal dunia diserang teroris saat Idul Fitri.

oleh Raden Trimutia HattaHanz Jimenez SalimReza EfendiFachrur Rozie diperbarui 28 Jun 2017, 00:03 WIB
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Takbir masih menggema pada Minggu 25 Mei dini hari. Namun, lantunan syukur menyambut Idul Fitri 1438 H itu tak menyurutkan niat dua pria melancarkan teror terhadap polisi.

Satu orang anggota kesatuan Yanma Polda Sumatera Utara Aiptu Martua Sigalingging meninggal dunia karena diserang dua terduga teroris. Aiptu Martua tewas dengan luka tikam di leher, dada, dan tangan.

"Pada saat diserang anggota atas nama Aiptu Martua Sigalingging gugur karena ditikam dengan senjata tajam," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Minggu 25 Juni.

Setyo menceritakan, penyerangan pada pukul 03.00 WIB itu dilakukan terhadap dua anggota Polda Sumut yang tengah berjaga di salah satu pos masuk Mapolda Sumut. Selain Aiptu Martua Sigalinging, Brigadir E Ginting juga menjadi korban.

"Jadi dua orang melompat pagar di penjagaan Polda Sumut. Kemudian menyerang salah satu pos," kata Setyo.

Saat penyerangan, dua anggota Polda Sumut tersebut tengah istirahat di pos 3 Polda Sumut. Setelah terjadi perkelahian dan penusukan, kemudian Brigadir E Ginting meminta bantuan dari pos lain di Polda Sumut.

"Anggota Brimob di pintu lain ambil tindakan (penembakan), dan satu pelaku tewas di tempat dan satu kritis," kata Setyo.

Sementara kondisi Brigadir E Ginting juga kritis dan tengah menjalani perawatan intensif.

Setyo Wasisto menuturkan, kepolisian sudah mengantongi identitas dua pelaku penusukan terhadap Aiptu Martua Sigalingging.

"Sudah. Yang meninggal dunia berinisial AR (30) dan yang mengalami kritis berinisial SP (47)," ujar Setyo.

Dia menjelaskan, inisial kedua orang tersebut diketahui berdasarkan sidik jari, dan mencocokkan kartu tanda penduduk elektronik, atau e-KTP. "Jadi setelah kejadian, diambil sidik jarinya terduga pelaku. Lalu kita cek melalui sistem di e-KTP," kata dia.

Menurut jenderal bintang dua ini, terduga teroris tersebut tinggal di Medan. AR tinggal di Simpang Limun, sedangkan SP menempati rumah di Jalan Pelajar Ujung. Keduanya adalah pedagang kelontong.

"Masing-masing warga Medan. Berdasarkan temuan tadi ya," ujar Setyo.

Setyo mengatakan, beberapa waktu lalu Densus 88 menangkap tiga orang teroris di Medan, Sumatera Utara yang berencana melakukan tindak terorisme. "Ini sudah mereka rencanakan, ini kelihatan masih kelompok mereka atau sel lain yang melakukan serangan yang sama," kata Setyo.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting menyatakan, penyerangan terhadap polisi itu bermotif ingin merebut senjata api. Setelah senjata api diperoleh pelaku, rencananya akan digunakan untuk melakukan serangan berikutnya terhadap anggota Polri dan TNI.

Namun, upaya pelaku yang berjumlah dua orang tersebut dapat digagalkan personel Satuan Brimob Polda Sumut yang sedang menjalankan tugas di Pintu 2 Mapolda Sumut. Ketika salah satu personel yang berada di pos Pintu 3 yakni Brigadir E Ginting berteriak meminta bantuan, personel Satuan Brimob yang ketepatan dekat pos jaga langsung menyerang dan menembak.

Menurut dia, dari hasil pemeriksaan pada kamera pengawas, kedua pelaku masuk dengan cara melompat pagar di bagian kiri Mapolda Sumut. Selain merebut senjata api milik personel Polda Sumut Aiptu Martua Sigalingging, kedua pelaku juga berniat melakukan pembakaran terhadap pos jaga Pintu 3 Mapolda Sumut.

Niat kedua pelaku yang ingin membakar pos jaga tersebut diketahui dari penemuan barang bukti berupa dua botol berisi BBM jenis Premium dan sebuah korek api. Namun, rencana pembakaran tersebut batal dilakukan karena segera diketahui Brigadir E Ginting yang merupakan teman Aiptu Martua Sigalingging saat bertugas.


Penjual Rokok yang Tertutup

Serangan terhadap anggota Polri terjadi di Mapolda Sumut. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Warga di kawasan Jalan Pelajar Timur, Lingkungan 18, Gang Kecil, Kelurahan Binjai, Medan Denai, Kota Medan, Sumatera Utara, dihebohkan dengan kedatangan puluhan polisi bersenjata lengkap pada Minggu 25 Juni pagi.

Kedatangan polisi tersebut untuk menggeledah rumah salah satu pelaku penyerangan Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Mapolda Sumut).

Seorang warga di kawasan tersebut, Safrida mengatakan, polisi datang ke rumah teroris berinisial SP itu sekitar pukul 08.30 WIB. Saat itu dirinya dan tetangga lainnya tidak mengetahui perihal kedatangan polisi bersenjata lengkap tersebut.

"Terkejut kami, soalnya ini pas Lebaran. Enggak lama, keluarganya dibawa sama polisi, terus rumahnya dipasang garis polisi," kata Safrida saat ditemui di lokasi, Minggu 25 Juni.

Disinggung mengenai keseharian SP, wanita berusia sekitar 50 tahun ini mengaku tidak terlalu sering berkomunikasi dikarenakan tetangganya tersebut sangat tertutup. Namun dirinya mengetahui jika di dinding rumah SP ada tulisan seperti lambang ISIS.

"Kalau itu ada, sudah hampir tujuh tahun belakangan. Kalau kesehariannya jualan, dia buka kedai di rumahnya," ucap Safrida.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengungkap, pelaku SP yang berusia 47 tahun dan AR 30 tahun merupakan pedagang. "AR berjualan jus, SP (47) jualan rokok," ujar Setyo.

Polda Sumut, kata Setyo, membawa anggota keluarga pelaku teror itu untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Sementara seorang pelaku lain berinisial RA yang tewas diterjang peluru panas polisi disebut kerap beraktivitas di Gang Supir, kawasan Jalan Sisingamangaraja. RA dikenal rajin beribadah dan ramah.

Seorang warga bernama Jaya mengaku sempat berjumpa dengan RA pada Sabtu 24 Juni 2017. Saat itu dirinya tidak ada melihat hal aneh dari RA yang diketahui memiliki kedai di kawasan tersebut.

"Malam takbiran saya sempat jumpa. Saya tanya sama dia jualan apa nggak, dia bilang nggak. Terus saya baca berita dia katanya nyerang polisi dan mati kena tembak," ucapnya.

Jaya menuturkan tidak mengetahui secara pasti tempat tinggal RA, sebab dirinya mengetahui RA bukan warga asli di kawasan tempat tinggalnya, melainkan warga luar yang sering bersosialisasi dan berjualan di kawasan tersebut.

"Bukan warga sini, tapi sering ke sini, dia jualan, orangnya juga alim dan rajin salat di masjid. Enggak nyangka saja," tandasnya.


ISIS Jaringan Bahrun Naim

Percetakan yang digunakan tersangka mencetak atribut dan pernak-pernik ISIS (Liputan6.com/Reza Efendi)

Kepala Lingkungan 18, Kelurahan Binjai, Hari Isnaini mengungkapkan, rumah yang ditempati teroris SP merupakan rumah keluarganya. Di rumah berwarna cat hijau tersebut SP tinggal bersama satu istri dan empat orang anaknya.

"Di sini dia tinggal sejak kecil, karena ini rumah orangtuanya. Tapi memang jarang bergaul sama orang sini," terang dia.

Hari mengaku sempat menegur SP perihal tulisan ISIS yang terdapat di dinding tempat tinggal salah satu warganya itu. Saat ditegur, SP mengatakan jika tulisan tersebut merupakan kenang-kenangannya karena pernah ke Timur Tengah.

SP diketahui pernah pergi ke Suriah pada 2013 lalu. Kepergian SP ke Suriah untuk bergabung dan belajar tentang ISIS.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, informasi tersebut diketahui dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pihaknya bekerja sama dengan Densus 88.

"Pengakuannya, SP ke Suriah selama enam bulan, info itu juga dibenarkan oleh istri SP, Masni Wanita Damanik," kata Rina, Senin 26 Juni.

Setelah pulang dari Suriah dan kembali ke Indonesia, SP terus mempelajari pemahaman ‎radikalisme yang disampaikan ISIS melalui dunia maya. Selanjutnya SP mengembangkan dengan keluarganya dan orang-orang terdekat di sekitarnya.

"SP tetap berkomunikasi melalui internet dengan pihak ISIS, kemudian disebarkan," jelas Rina.

Sementara dari penggeledahan dilakukan di rumah SP, Jalan Pelajar Timur, Lingkungan 18, Gang Kecil, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, polisi menyita beberapa barang bukti berupa dokumen tentang cara-cara melakukan serangan bunuh diri, buku untuk anak-anak tentang kisah perang, buku-buku pemahaman tentang ISIS, poster bergambar pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi, dan pelat pencetak serta cakram VCD.

Selain itu, polisi juga telah menggerebek dua lokasi percetakan yang berada di kawasan Jalan Sisingamangaraja. Percetakan diduga mencetak berbagai logo ISIS. Pencetakan logo ISIS itu diduga untuk kepentingan 2 tersangka penyerangan Mapolda Sumut.

"Percetakan itu digerebek karena diduga pelaku mencetak logo ISIS di sana," terang Rina.

Dari lokasi percetakan, polisi mengamankan berbagai barang bukti berupa kertas dan pelat yang berlogo ISIS. Dua percetakan yang digerebek adalah Multi Grafika dan Sinar Baru.

Polri pun yakin pelaku merupakan jaringan Bahrun Naim.

"Jaringan Bahrun Naim. Karena di rumah SP ada ditemukan bendera ISIS, buku tulis, VCD, dan ada gambar Albaghdadi," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto.

Atas kasus ini, polisi menetapkan tiga tersangka. Mereka adalah Syawaluddin Pakpahan (SP), warga Medan Denai yang kini dirawat di RS Bhayangkara karena luka tembak di kaki. Kemudian Ardial Ramadhan (AR) yang meninggal dunia karena ditembak usai menyerang anggota Polri Aiptu Martua Sigalingging di pos penjagaan Polda Sumut.

Ketiga, Boboy (17), warga Sisingamangaraja, Medan yang juga berprofesi sebagai sopir dan berperan melakukan survei ke Polda Sumut selama satu minggu penuh. Keempat, Firmansyah Putra Yudi alias FPY (32) yang berperan merencanakan serangan ke lokasi kejadian.

Atas perbuatannya, para pelaku yang masih hidup, yakni Syawaluddin, Boboy, dan Firmansyah Putra Yudi dijerat dengan Pasal 6 dan 7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan atau Pasal 340 KUHP Pidana.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya