Harga Minyak Naik 2 Persen Terpicu Pelemahan Dolar AS

Ini adalah sesi keempat kenaikan harga minyak, yang juga mendapatkan beberapa dukungan.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Jun 2017, 05:29 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York Harga minyak naik hampir 2 persen dan mencapai level tertinggi dalam satu minggu terdorong melemahnya dolar, short covering dan ekspektasi bahwa persediaan minyak mentah di Amerika Serikat akan turun untuk minggu ketiga berturut-turut.

Melansir laman Reuters, Rabu (28/6/2017), harga minyak mentah Brent, patokan harga minnyak internasional naik 82 sen atau 1,79 persen, menjadi US$ 46,65 per barel. Kontrak minyak mentah AS mengakhiri sesi dengan naik 86 sen atau sekitar 1,98 persen menjadi US$ 44,24 per barel.

Sementara minyak Brent menyentuh level tertinggi dalam satu minggu di posisi US$ 47,06 per barel. Minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak 19 Juni di posisi US$ 44,44 per barel.

"Saya pikir di pasar, selama empat minggu terakhir ini, setiap item berita telah membuat bearish, bahkan situasi teknisnya telah bearish," kata Andrew Lebow, Senior Mitra di Commodity Research Group di Darien, Connecticut.

Ini adalah sesi keempat kenaikan harga minyak, yang juga mendapatkan beberapa dukungan setelah chief executive produsen minyak utama Pioneer Natural Resources Co (PXD.N) mengatakan bahwa Arab Saudi kemungkinan akan bergerak untuk meningkatkan harga minyak guna menopang keuangannya.

Harga minyak mengupas keuntungan setelah beberapa jam ketika sebuah kelompok industri melaporkan adanya kenaikan tak terduga persediaan minyak mentah AS.

Data American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS meningkat 851 ribu barel dalam minggu sampai 23 Juni menjadi 509,5 juta. Analis memperkirakan terjadi penurunan 2,6 juta barel.

Pada Rabu pagi, Administrasi Informasi Energi A.S. (EIA) akan melaporkan data persediaan yang resmi.

Dolar turun lebih dari 1 persen terhadap sekeranjang mata uang.
Commerzbank mengatakan dalam sebuah catatan penelitian bahwa posisi harga minyak Brent on ICE adalah "pada level terendah dalam satu setengah tahun," sementara posisi short "telah melonjak ke rekor baru, meningkat lebih dari empat kali lipat sejak awal tahun."

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan negara-negara penghasil lainnya berusaha mengurangi kekeringan minyak mentah global dengan pengurangan produksi. Namun persediaan minyak mentah global belum turun, karena Amerika Serikat dan negara-negara lain justru mendorong output minyaknya.

Ian Taylor, kepala pedagang minyak independen terbesar di dunia Vitol, mengatakan harga Brent akan tetap berada di kisaran US$ 40 - US$ 55 per barel untuk beberapa kuartal berikutnya.

Simak video menarik berikut ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya