10 Ribu Pengungsi Berdatangan, Pemerintah Italia Mengaku Geram

Pemerintah Italia memperkirakan ada 73 ribu migran yang telah mendarat di dataran Italia sejak satu tahun terakhir.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 29 Jun 2017, 16:00 WIB
Pengungsi ilegal yang dicegat oleh penjaga pantai Libya saat hendak menyeberang daratan Eropa (AFP)

Liputan6.com, Roma - Meningkatnya jumlah migran gelap yang masuk wilayah Eropa, membuat pemerintah Italia semakin geram. Negara yang berbatasan langsung dengan Laut Mediterania tersebut mengecam akan menghentikan kapal-kapal asing yang membawa migran ke pelabuhannya.

Dikutip dari laman BBC, Kamis (29/6/2017), peringatan tersebut disampaikan oleh representasi Italia untuk Uni Eropa Maurizio Massari dalam sebuah surat.

Diperkirakan telah ada 10 ribu orang yang melakukan perjalanan dari Afrika Utara menuju Italia dalam kurun empat hari terakhir. Jika ditotalkan, tercatat ada 73 ribu migran yang telah mendarat di daratan Italia. Angka tersebut meningkat 14 persen dibanding tahun lalu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah mengeluarkan data bahwa sekitar 2.000 orang meninggal saat berupaya menyeberangi Laut Mediterania. PBB juga mengatakan, sebagian besar migran tersebut berasal dari Libya.

Libya adalah pintu gerbang strategis bagi migran yang ingin masuk ke Eropa. Tak hanya masyarakat Libya sendiri, beberapa di antaranya berasal dari Semenanjung Arab, Mesir, Suriah, dan Bangladesh.

Salah satu alasan migran melarikan diri dari negara asalnya karena kemiskinan, korban peperangan, dan penganiayaan.

Pemerintah Italia telah melakukan operasi pencegahan masuknya kapal asing. Dari fakta di lapangan, banyak ditemukan kapal pengangkut migran yang menggunakan bendera negara asing seperti Jerman dan Malta.

"Gagasan mengenai pelarangan masuk kapal berbendera asing telah dibahas. Pihak kami telah bosan mendengar praktik seperti ini," ujar pemerintah Italia.

Mantan Perdana Menteri Matteo Renzi turut menanggapi masalah ini. Ia mengatakan, publik Italia 'jengkel' dengan permasalahan ini.

Sementara itu, pemerintah Italia juga meminta bantuan anggota Uni Eropa untuk turun tangan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Termasuk dukungan finansial kepada Italia jika diperlukan.

Namun, pihak Italia lebih menekankan pada pemberian bantuan kepada negara-negara asal migran di Afrika seperti Libya. Sehingga konflik ataupun krisis di sana dapat teratasi dan menekan jumlah migran yang melakukan perjalanan ke dataran Eropa.

Sebelumnya, praktik perjalanan ilegal kembali terjadi di Laut Mediterania. Tim Relawan Palang Merah Internasional (Red Cross dan Red Crescent) menemukan 24 jasad imigran pada Selasa 27 Juni 2017 malam, di wilayah timur Tripoli, Libya. Kala itu tim penyelamat melakukan pencarian dalam skala besar yang dilakukan di kawasan Laut Tengah.

Warga di distrik Tajoura mengatakan, puluhan jasad tersebut telah terlihat pada akhir pekan lalu. Seorang petugas penjaga pantai setempat juga menuturkan bahwa beberapa di antaranya telah dimakan anjing liar.

Jumlah korban pun diperkirakan akan terus meningkat. Sebabnya, ribuan pengungsi ilegal berupaya menuju wilayah Eropa dengan kapal sederhana yang hanya berkapasitas 100 orang.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya