Liputan6.com, Jakarta Pengusaha hotel yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) membantah menaikkan tarif kamar hingga 10 kali lipat menjelang pertemuan International Moneter Fund-World Bank (IMF-WB) Annual Meeting di Nusa Dua, Bali, pada Oktober 2018. Hal ini menjawab pernyataan Menteri Pariwisata dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.
"Tidak mungkin hotel bisa menaikkan tarif sampai 10 kali lipat. Tidak, walaupun ada pertemuan IMF-WB di tahun depan," ujar Wakil Ketua Umum Destinasi Wisata PHRI, Johnnie Sugiarto saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Jumat (30/6/2017).
Baca Juga
Advertisement
Johnnie mengatakan, pengusaha atau pemilik hotel tidak akan mungkin mengambil kesempatan atau aji mumpung dari acara IMF-WB untuk menaikkan tarif gila-gilaan. Misalnya, dari sebelumnya tarif hotel Rp 700 ribu per malam menjadi Rp 7 juta per malam. "Tidak mungkin terjadi," dia menegaskan.
Ia menjelaskan, kamar-kamar beberapa hotel bintang lima sudah dipesan delegasi atau peserta IMF-WB Annual Meeting dari negara-negara tertentu, termasuk untuk para petingginya. Tentu kamar yang dipesan harus sesuai dengan permintaan tamu. Konsekuensinya, pengelola hotel membebankan biaya tambahan atas permintaan tersebut.
"Ketentuan kamar harus ukuran berapa meter, interiornya seperti apa, mebel seperti apa. Nah, sebagian investasi itu dibebankan kepada yang memesan. Seolah mereka menyewa barang-barang yang diminta, dengan menambahkan biaya tersebut. Jadi kesannya harga kamar menjadi mahal," Johnnie menerangkan.
Menurut dia, tidak semua hotel mengenakan biaya tambahan karena adanya kebutuhan si pemesan. Hanya hotel-hotel yang sudah di-booking peserta IMF-WB Annual Meeting.
"Jadi yang dimasukkan ke dalam kamar sampai tarif berkesan tinggi karena pemesan memasukkan banyak permintaan ke dalam kamar dan hitungan atas barang yang dipesan di-charge ke kamar. Itu pun cuma hotel-hotel yang dapat orderan saja, tidak semua hotel," tutur Johnnie.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, mendapat laporan adanya kenaikan tarif hotel gila-gilaan sampai 10 kali lipat menjelang pertemuan International Moneter Fund-World Bank (IMF-WB) Annual Meeting di Nusa Dua, Bali pada Oktober 2018. Pemerintah mengancam pengusaha yang memanfaatkan perhelatan tersebut untuk aji mumpung.
"Ada informasi seperti itu menaikkan tarif hotel sampai 10 kali lipat. Itu kan tidak masuk akal," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com.
Lebih jauh, Arief mewanti-wanti kepada pengusaha atau pemilik hotel untuk tidak bermain-main dengan harga. Alasannya, IMF-WB Annual Meeting 2018 merupakan pertemuan ekonomi dan keuangan terbesar di dunia yang akan dihadiri 15 ribu-17 ribu peserta.
"Kita ingatkan supaya tidak main-main, karena kenaikan harga sampai 10 kali lipat bisa bikin imej negara ini jelek dan bisa berdampak ke mereka juga. Pengelola hotel kan segala macam izin harus ke pemerintah. Kalau mereka mempersulit negara, teman-teman (pemerintah) juga bisa mempersulit mereka," ucap Arief.
Simak video menarik berikut ini: