Konflik Filipina Selatan Ganggu Jalur Perdagangan Bitung-Davao

Kapal RoRo baru sekali bersandar di Bitung, Sulawesi Utara. Itupun tidak membawa muatan.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 30 Jun 2017, 09:37 WIB
Kapal Roro

Liputan6.com, Bitung - Kapal roll-on roll-off (roro) rute Davao-Bitung yang diresmikan Presiden Jokowi bersama Presiden Filipina Rodrigo Duterte beberapa bulan lalu rupanya masih belum maksimal dalam pengoperasiannya.

Kapal itu baru sekali bersandar di Bitung, Sulawesi Utara. Itu pun tidak membawa muatan.

"Masalahnya adalah kapal itu sulit mencari pasaran di Filipina. Kondisi wilayah Filipina Selatan dengan adanya teror di Marawi yang lagi bergolak membuat pasar agak lesu. Hukum ekonomi supply and demand berlaku," ungkap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Jenny Karouw, Kamis, 29 Juni 2017.

Meski didera sejumlah masalah, kata Jenny, masa depan operasi kapal roro tersebut dipastikan cerah. Jenny menyebut Kementerian Perdagangan dan Perhubungan sudah memberi sinyal bakal menjadikan Pelabuhan Bitung bebas bea ekspor dan impor.

"Ini sebuah stimulus perekonomian dan tentu saja ini kabar baik bagi kapal itu," kata dia.

Dia mengatakan, bebasnya bea ekspor dan impor Pelabuhan Bitung menguntungkan pengusaha karena biaya makin murah. "Akan makin banyak pengusaha yang menggunakan jasa kapal itu," ujar dia.

Rencananya, kata Jenny, kapal roro akan melayani ekspor impor di wilayah timur Indonesia.

Kemudian, kendala lainnya adalah masalah izin. Syahbandar Pelabuhan Bitung Ahmad Wahid menuturkan, kapal tersebut tengah berupaya melengkapi sejumlah izin.

"Kapal itu masih melengkapi izin, karena itulah kedatangan kapal terus tertunda," ujar dia.

Sementara, Sekretaris Kota Bitung Audy Pangemanan membeberkan, warga Bitung sangat menantikan kedatangan kapal itu. Ia berharap ke depan kapal itu tak hanya untuk perdagangan, tetapi juga juga pariwisata.

Saksikan video di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya