Liputan6.com, Jakarta - Jika melihat berbagai hal yang terjadi di sekitar kita, apakah dunia ini sudah masuk dalam pusaran Perang Dunia III tanpa disadari orang banyak?
Kejahatan kebencian juga mengalami peningkatan pesat di seluruh dunia, termasuk aksi menabrak orang-orang di keramaian yang dibalas dengan menabrakkan kendaraan di rumah ibadah.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari wonderslist.com pada Jumat (30/6/2017), di tengah merebaknya ketakutan akan datangnya konflik baru, ada sejumlah pertanda yang membuktikan Perang Dunia III telah hadir.
Berikut ini adalah sejumlah pertanda yang dimaksud:
1. Blok Kekuatan
Mirip seperti perang-perang besar sebelumnya, ada 2 blok kekuatan yang saling menantang dan berhadapan. Di satu sisi, Rusia dan China dengan para sekutunya yang mendukung rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Di sisi lain, ada Turki yang mendukung para pemberontak dan Amerika Serikat (AS) yang juga mendanai para pemberontak.
Suriah dan Irak menjadi kawasan perang proksi (proxy) bagi 2 blok kekuatan itu. Afghanistan menjadi kawasan proksi bagi India dan Pakistan, padahal keduanya juga didukung kekuatan lain di belakang masing-masing.
Dengan demikian, semua negara terseret ke dalam perang. Para pihak yang tidak memiliki sumber daya menyumbangkan pasukan dan konspirasi.
Advertisement
2. Syiah dan Sunni
Sejauh ini, Muslim terbagi dua, Syiah dan Sunni. Syiah didukung Rusia, sedangkan Sunni mencari dukungan dari AS. Jangan lupa, Rusia dan AS sama-sama memiliki kekuatan nuklir.
Poros Syiah berada di seputar Iran, sedangkan poros Sunni berada di sekeliling Saudi Arabia. Negara-negara yang mencoba kelihatan netral, semisal Pakistan dan Qatar, didera boikot ekonomi dan pengucilan sehingga terdesak ke salah satu kubu.
Timur Tengah sedang menjadi bom yang siap meledak. Bak bom waktu.
3. Laut China Selatan
Di Asia, terkait klaim pulau-pulau di Laut China Selatan, Tiongkok bikin kesal sejumlah negara lain yang lebih kecil, yaitu Brunei, Malaysia, Filipina, dan Jepang, yang semuanya didukung oleh AS.
Yang menjadi pertaruhan adalah cadangan gas dan minyak bumi di kawasan itu, demikian juga dengan lintasan aman kapal-kapal dagang China.
Dalam upaya China mengubah kekuatan ekonomi menjadi kekuatan politik, terjadilah pergesekan dengan AS.
Pihak AS pun menjajal dengan pelayaran kapal-kapal induk dan penggunaan drone pengintai di perairan seputar wilayah China.
Advertisement
4. ISIS dan Konflik Antar Benua
Dunia sedang menghadapi ancaman terorisme di tingkat global, yaitu ISIS. Benar, Rusia dan Turki berseberangan dalam urusan Suriah, tapi keduanya bahu-membahu melawan ISIS.
Banyak aspek campur aduk di dalamnya, termasuk politik, ekonomi, dan urusan keimanan. ISIS menyerang negara apapun, di manapun, sehingga seluruh dunia pun melawan ISIS dan negara-negara pendukung kelompok itu. Bagi ISIS dan sekutunya, tujuan mereka adalah menghancurkan musuh-musuh.
Di masa lalu, tujuan Nazi adalah membinasakan suatu bagian dari kemanusiaan. Walaupun musuh-musuhnya bukan sekedar menjadi sasaran dalam pertempuran, logika di belakang perang-perang sebelumnya tetaplah sama.
5. Para Pemimpin Agresif
Dunia sekarang ini diperintah oleh segerombolan pemimpin yang agresif. Di satu sisi, hadir cuitan-cuitan Twitter, di tengah-tengah ada para pemimpin yang tidak peduli dengan apa yang dilakukan ataupun dikatakan oleh para tetangga yang mengancam.
Para pemimpin siap melindungi pertumbuhan ekonomi dan kepentingan, seberapapun biayanya. Mereka juga tidak sungkan melakukan apapun untuk meraih ambisi militer.
Perang-perang besar sebelum ini telah dimulai terkait klaim wilayah. Crimea diperebutkan Ukraina dan Rusia. Demikian juga klaim China atas Laut China Selatan dan Taiwan.
Advertisement
6. Limpahan Konflik Arab Spring
Pemberontakan di negara-negara Arab atau dikenal dengan Arab Spring dimulai di Tunisia pada tahun 2011.
Dari Tunisia, pergolakan terjadi di Timur Tengah. Sejumlah pemimpin jatuh dalam 'Arab Spring', di antaranya Hosni Mubarak dan Moammar Khadafi.
Sementara dunia memperingati Arab Spring, di Suriah, konflik antara pihak pemberontak dan rezim Bashar Al-assad tak kunjung usai, yang membuka peluang bagi tumbuhnya organisasi teror seperti ISIS. Pun dengan Irak dan Libya yang terus membara.
Negara-negara kawasan pun terdampak.
Tak ada yang tahu kapan situasi di negara-negara itu akan dapat dikendalikan. Tidak ada yang bisa memastikan apakah konflik dapat menyebar atau tidak menyebar ke tetangga. Bagi Pakistan, limpahan konfliknya berupa peningkatan terorisme dari Afghanistan.
7. Organisasi Mandul Dunia
Komisi HAM di PBB terdiri dari China, Rusia dan Arab Saudi, yang semuanya bermasalah.
Arab Saudi, memimpin koalisi Muslim melawan terorisme, China dengan kegigihannya melakukan klaim dan ambisi ekonomi yang kurang sejuk, dan Rusia bermain diam-diam di Timur Tengah.
Mirip seperti 1940-an ketika Liga Bangsa-Bangsa tidak bisa mencegah dua Perang Dunia, maka PBB sekarang pun seperti tidak berdaya.
Advertisement
8. Bukan Dunia Unipolar
Uni Soviet tidak mampu mengejar ambisi-ambisi Ronald Reagan dan dunia kemudian terseret kepada unipolaritas (kutub tunggal) dengan AS sebagai pusatnya.
Peningkatan kekuatan ekonomi China dan kemampuan teknologinya bergerak menyusul AS dalam beberapa tahun ke depan sehingga diduga bisa mengarah kepada Perang Dingin berikutnya.
9. Perdagangan Senjata
Industri persenjataan adalah salah satu yang terbesar di dunia, dengan nilai perdagangan lebih dari US$ 1 triliun tiap tahunnya. Setiap tahun, perdagangan senjata selalu lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Persenjataan digunakan untuk menggentarkan lawan, tapi kemudian dimanfaatkan oleh para pedagang dan pembuat persenjataan.
Beberapa penggagas teori menduga bahwa para pedagang dan pembuat itulah yang menjadi perencana kunci berbagai peperangan demi meraup untung.
Yang paling mengkhawatirkan adalah warisan yang kita berikan kepada generasi-generasi berikutnya.
Advertisement