Jelang Puncak Kemarau di Yogyakarta, Siapkan Tandon Air

Puncak kemarau di Yogyakarta dan sekitarnya diprediksi pada Juli - Agustus.

oleh Yanuar H diperbarui 03 Jul 2017, 07:01 WIB
Seorang kakek berdoa usai ikuti sholat istisqo di Mandala Krida, Yogyakarta, Jumat (30/10/2015).Sholat di gelar untuk memohon doa kepada Allah SWT agar di berikan hujan pada musim kemarau yang berkepanjangan. (Boy T Harjanto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memperkirakan puncak musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta akan terjadi antara Juli hingga Agustus 2017. Sebelumnya musim kemarau tercatat sejak Mei lalu.

Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono menjelaskan selama musim kemarau curah hujan di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman, dan Kota Yogyakarta masuk kategori rendah dengan rata-rata mencapai 50 milimeter per bulan.

"Sedangkan saat puncaknya nanti curah hujan bisa hanya mencapai 20 milimeter per bulan," kata dia, Sabtu 1 Juli 2017, dilansir Antara.

Kendati telah memasuki musim kemarau, menurut dia, hujan masih ada kemungkinan turun walaupun dengan kategori yang sangat rendah dan frekuensinya sangat kecil. Turunnya hujan juga bisa dipicu gangguan cuaca jangka pendek berupa daerah pertemuan udara rendah seperti yang terjadi pada Mei 2017.

"Musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan. Hujan di musim kemarau umumnya mempunyai kategori rendah hanya berkisar di bawah 10 milimeter per hari dan hanya terjadi dalam periode singkat," kata dia.

Joko mengimbau masyarakat selama menghadapi puncak musim kemarau agar berusaha beradaptasi dengan cuaca. Sebab pada saat puncak kemarau, siang hari bisa sangat terik dan malam hari sangat dingin.

"Kami juga mengimbau masyarakat berhemat air untuk menghindari kelangkaan air," kata dia.

Direktur Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Djati Mardiatno mengatakan bencana kekeringan yang terjadi hampir setiap tahun saat puncak musim kemarau sering kali tidak diantisipasi masyarakat. Seharusnya antisipasi bisa dengan manajemen penyimpanan atau bank air yang memadai.

Oleh sebab itu, ia berharap masyarakat di lima kabupaten/kota mulai menyiapkan tandon air secara mandiri sebagai persiapan menghadapi puncak musim kemarau. Penyimpanan air melalui tandon air dapat dilakukan dengan menyediakan tangki air atau membuat kolam di pekarangan rumah.

"Dengan memiliki bank air sendiri masyarakat tidak perlu berjalan jauh untuk memperoleh air serta tidak terlalu bergantung pasokan air dari luar daerah," kata Djati.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya