Omzet Merosot Drastis, Pedagang Pantura Salahkan Tol Darurat

Omzet pedagang pantura pada arus mudik Lebaran tahun ini turun hingga 70 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 03 Jul 2017, 19:31 WIB
Di banding Lebaran sebelumnya, omzet mereka saat ini turun hingga 70 persen. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho).

Liputan6.com, Brebes - Selama arus mudik dan balik Lebaran 2017, ratusan pedagang di sentra oleh-oleh khas Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sepi dari pembeli. Kondisi serupa juga terjadi pada para pedagang tiban (dadakan) di sepanjang jalur pantura Brebes-Tegal.

Sepinya pembeli berdampak pada pendapatan. Dibanding dengan tahun sebelumnya, omzet mereka turun hingga 70 persen saat arus mudik dan balik sampai H+6 Lebaran tahun ini.

Seorang pedagang bernama Darmo (40) mengaku, pendapatannya tak sampai Rp 50 ribu per hari. Padahal, saat arus mudik dan balik Lebaran 2016 lalu, ia mampu mengumpulkan hingga Rp 300 ribu per hari.

Penyebab sepinya pendapatan pedagang di sentra oleh-oleh di sepanjang jalur pantura Brebes-Tegal itu diyakini karena difungsikannya jalan tol darurat sepanjang 105 kilometer, mulai Brebes-Gringsing, Batang, Jawa Tengah. 

Tol darurat itu diberlakukan untuk menghindari kemacetan parah di exit Tol Brebes atau Brexit dan jalur pantura. Banyak kendaraan pemudik dari arah Jakarta sebagian besar diarahkan melalui jalan tol darurat tersebut. Demikian pula saat arus balik.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, selama arus mudik dan balik Lebaran tahun ini, di sepanjang pantura Brebes, tepatnya dari Losari (perbatasan Jabar-Jateng) hingga perbatasan Brebes-Tegal, ratusan tenda pedagang tiban satu per satu ditutup. Mereka terpaksa menutup lapak meski arus balik masih berlangsung hingga Sabtu, 1 Juli 2017.

"Sepi sekali, Mas, arus mudik tahun ini, biasanya enggak kaya begini banget. Jualan seminggu baru dapat uang Rp 300 ribu dan masih jauh dari modal awal saya sekitar Rp 1,5 juta," ucap Darmo (40).

Warga asal Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, itu mengaku, barang dagangannya sebagian besar tak laku selama musim mudik dan balik Lebaran ini.

"Paling lakunya cuman minuman saja, itu pun jarang sekali yang datang. Kebanyakan pemudik sepeda motor yang mampir," ucap dia.

Hal senada diungkapkan pedagang lainnya, Limin (50). Ia mengaku terpaksa menutup dagangannya pada H+2 Lebaran kemarin karena sepi pembeli.

"Saya tutup saja dagangannya, sudah semingguan jualan tapi kok sepi begini. Biasanya seminggu bisa pegang uang sampai Rp 4 juta. Sekarang boro-boro, setengah juta saja enggak ada," ucap Limin.

Ia menyebut, sepinya pembeli itu disinyalir karena sudah berfungsinya Tol Brebes-Gringsing yang membuat para pemudik lebih memilih jalur itu. Sementara, jalur arteri pantura hingga saat ini sebagian besar hanya dilalui pemudik yang menggunakan motor.

"Memang para tahun kemarin itu, macetnya luar biasa. Tidak hanya di tol saja, tapi di pantura juga macet. Jadi, banyak pemudik yang pakai mobil yang memilih istirahat di warung-warung pinggir jalan," kata Limin.


Telur Asin Tak Laku

Di banding Lebaran sebelumnya, omzet mereka saat ini turun hingga 70 persen. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho).

Kondisi yang sama terjadi pula di Tegal. Lestari (35), pedagang tiban di jalan raya pantura Dampyak, Tegal, mengaku jumlah pendapatan menurun hingga 50 persen karena pemudik yang beristirahat di lapaknya berkurang drastis dari tahun lalu.

"Ya meskipun masih ada yang datang ke sini, tapi jumlahnya jauh menurun drastis, kira-kira hingga 50 persen dibanding arus mudik tahun lalu," ucap Lestari.

Sebagian besar pemudik yang berhenti dan makan atau sekadar minum kopi di warungnya, sekarang didominasi sepeda motor yang mudik secara rombongan.

Tak hanya para pedagang tiban saja yang mengeluh. Hal serupa juga dialami Jajat (39), pedagang oleh-oleh khas Brebes di wilayah pantura. Dia mengaku omzet dagangannya merosot drastis.

"Malah turunnya sampai 70 persen lebih dari tahun sebelumnya. Ini karena pemudik yang menggunakan mobil tidak banyak yang lewat jalan pantura. Mereka lebih memilih lewat tol baru yang berdebu itu," ucap Jajat.

Saat musim mudik tahun lalu, ia mengaku omzetnya menyentuh angka Rp 20 juta per hari. Namun kali ini, dirinya hanya bisa pasrah lantaran sudah telanjur memproduksi telur asin lebih banyak dari hari biasanya.

"Sudah telanjur produksi banyak karena saya kira akan seperti tahun lalu, banyak yang beli sebagai oleh-oleh. Tapi, sekarang hanya sedikit yang mampir ke sini," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya