Ilmuwan Temukan Cacing yang Dapat Menginfeksi Otak Manusia

Para peneliti menemukan seekor cacing parasit yang dapat menginfeksi otak manusia di Florida.

oleh Citra Dewi diperbarui 04 Jul 2017, 09:09 WIB
Cacing Angiostrongylus cantonensis. (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Tallahassee - Cacing yang dapat menginfeksi otak manusia telah ditemukan di Florida. Para peneliti menemukan parasit yang disebut cacing paru tikus tersebut, hidup di tubuh tikus dan siput di lima wilayah negara bagian itu.

Peneliti memperingatkan, parasit yang biasanya ditemukan di wilayah tropis itu kemungkinan akan terus meluas.

Mereka mengatakan bahwa kemampuan parasit untuk berkembang di daerah-daerah di luar jangkauan historisnya adalah hal yang "mengkhawatirkan". Selain itu, meningkatnya suhu rata-rata akibat perubahan iklim, membuat parasit dapat menyebar ke daerah yang lebih beriklim sedang.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), parasit itu melakukan siklus hidupnya pada tikus dan siput. Seseorang bisa terinfeksi jika mereka memakan siput mentah atau tak dimasak dengan kematangan sempurna.

Menurut CDC, cacing dengan nama Latin Angiostrongylus cantonensis itu dapat menginfeksi otak dan menyebabkan meningitis. Orang yang terinfeksi akan mengalami sakit kepala, kaku leher, mual, muntah, dan sensasi abnormal pada lengan dan kaki mereka.

Dikutip dari Live Science, Senin (3/7/2017), kebanyakan dari mereka yang terjangkit dapat sembuh total tanpa perawatan. Namun dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi dapat menyebabkan masalah neurologis atau kematian.

Meskipun kasus cacing paru tikus belum dilaporkan di Florida, para peneliti meminta adanya peningkatan kesadaran untuk membantu mencegah infeksi dan mengidentifikasi pasien yang terinfeksi dengan benar.

"Parasit ada di sini di Florida dan merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan dengan serius," ujar asisten profesor di Departemen Penyakit Menular dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan University of Florida, Heather Stockdale Walden.

Kasus cacing paru tikus pada manusia telah muncul di Hawaii selama lebih dari 50 tahun lalu. Namun baru pada pertengahan 1980-an, parasit tersebut muncul di daratan Amerika Serikat -- tikus-tikus tersebut sampai melalui kapal-kapal dari daerah-daerah yang sudah dihuni oleh parasit tersebut.

Menurut rekan penulis studi dan manajer koleksi zoologi invertebrata di Florida Museum of Natural History, John Slapcinsky, parasit tersebut tidak memilih jenis siput yang akan mereka infeksi. Para peneliti menemukan parasit tersebut pada spesies siput asli dan non-asli.

Untuk mencegah infeksi pada cacing paru tikus, para peneliti merekomendasikan untuk mencuci siput, mengajari anak-anak untuk tidak memakan siput mentah, dan mencuci tangan setelah memakan siput.

Penelitian tersebut telah dipublikasikan pada 18 Mei di jurnal PLOS ONE.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya