Setelah Meletus, Kawah Sileri Dieng Dipantau 24 Jam

PVMBG menegaskan telah mengirimkan surat rekomendasi pada April 2017 perihal ancaman letusan di Kawah Sileri Dieng.

oleh Arie Nugraha diperbarui 03 Jul 2017, 22:01 WIB
Kawa Sileri Dieng. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyatakan Gunung Dieng akan dipantau 24 jam setiap harinya setelah terjadi letusan freatik di Kawah Sileri, Minggu, 2 Juli 2017, pukul 11.54 WIB, yang mengeluarkan material lumpur dengan jarak lontaran 50 meter ke arah utara, selatan, dan tempat wisata waterboom.

Pemantauan itu dilakukan oleh petugas pengamatan gunung api setempat serta satu tim PVMBG dari Bandung. Tim akan mengawasi dan mengevaluasi seluruh kawah di Gunung Dieng secara terus-menerus setiap harinya.

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial, meskipun Gunung Dieng berstatus normal, rekomendasi ketat diberlakukan.

"Bagi wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata kawah disarankan tidak terlalu mendekat," kata Ego dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/7/2017).

Ego mencontohkan rekomendasi ketat ini juga berlaku untuk di Kawah Timbang. Masyarakat tidak beraktivitas di sekitar kawah karena adanya ancaman bahaya gas CO2 dan H2S yang berbahaya bagi kehidupan.

Warga juga diminta mewaspadai situasi jika menggali tanah di sekitar Kawah Timbang dengan kedalaman lebih dari satu meter dapat berpotensi karena adanya bahaya gas CO2 dan H2S.

Dia menjelaskan sedangkan dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik di Kawah Sileri, masyarakat dan pengunjung diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan, dengan tidak mendekati Kawah Sileri pada jarak 100 meter dari bibir kawah.

"Badan Geologi Kementerian ESDM sudah menyampaikan rekomendasi sejak April 2017, agar masyarakat atau pengunjung tidak mendekati bibir Kawah Sileri. Kurang dari 100 meter kepada pihak pengelola waterboom, seluruh camat di sekitar seluruh kawah Gunung Dieng, termasuk kepada Bupati Banjarnegara dan BPBD setempat," ujar Ego.

Badan Geologi Kemeterian ESDM menyatakan, sebelum letusan freatik yang menyebabkan 12 wisatawan luka-luka ringan di kawasan Kawah Sileri pada jarak 20 meter, letusan serupa pernah dicatat oleh PVMBG pada 30 April 2017.  

Letusan itu berupa satu kali semburan lumpur dengan ketinggian 10 meter, dengan jarak lontaran satu meter dari bibir kawah setebal 1 sampai 2 milimeter. Gempa letusan memiliki amplituda maksimum 7,2 milimeter dan lama gempa 48,1 detik.

Letusan freatik berikutnya terjadi pada 24 Mei 2017, yang menyebabkan luapan air satu sampai dua meter dari bibir kawah. Rekomendasi agar tidak mendekati bibir Kawah Sileri pada jarak 100 meter ditegaskan sudah disampaikan kepada otoritas setempat.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya