Bank Dunia: Investasi Anak Usia Dini Atasi Masalah Kesenjangan

Masalah kekurangan gizi anak dapat berdampak negatif untuk jangka panjang, salah satunya meningkatkan ketidaksetaraan di Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Jul 2017, 14:30 WIB
Bank Dunia (World Bank). (Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia menyoroti tantangan Indonesia mengatasi stunting atau masalah kurang gizi kronis yang disebabkan asupan gizi kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan tak sesuai kebutuhan gizi.

Dalam laporan Bank Dunia soal perkembangan triwulan perekonomian Indonesia Juni 2017 memuat soal pentingnya meningkatkan investasi pada pengembangan anak usia dini.

Mengutip laporan Bank Dunia, Selasa (4/7/2017), jumlah anak mengalami stunting mendekati 9 juta. Anak itu terutama berusia di bawah lima tahun ini. Ini menjadi tantangan bagi Indonesia. Masalah kekurangan gizi bagi anak berdampak negatif untuk jangka panjang.

Hal ini lantaran dapat mempengaruhi fisik seseorang, kemampuan kognitif, dan hasil di pasar tenga kerja. Dampak ini pula yang dapat pengaruhi ketidaksetaraan dan masalah lainnya yang timbul akibat masalah kurang gizi.

Mengatasi ketidaksetaraan menjadi prioritas pemerintah. Ketidaksetaraan sejak lahir dan masa kanak-kanak dapat meningkatkan ketidaksetaraan di Indonesia. Hal yang dialami anak tersebut di luar kendali mereka. Ini dipengaruhi dari tempat dilahirkan dalam hal ini provinsi kelahiran, kondisi orangtua dan tingkat pendidikan orangtua.

Bank Dunia menilai, ada banyak program dan layanan yang sudah terbukti dapat meningkatkan hasil perkembangan anak usia dini di Indonesia. Namun, hanya sedikit dari program tersebut yang terintegrasi atau dilaksanakan dalam skala memadai untuk menciptakan hasil optimal.

Salah satu program membantu anak miskin di Indonesia lewat program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bank Dunia menilai, program ini memberikan keuntungan bagi Indonesia, terutama untuk anak-anak miskin di Indonesia. Dengan PAUD, dapat meningkatkan anak tersebut mendapatkan kesempatan masuk pra sekolah.

Oleh karena itu, dibutuhkan konsolidasi program prioritas secara nasional dan komitmen politik, sehingga mendukung program untuk atasi masalah kekurangan gizi yang dialami anak Indonesia.

Selain itu, diharapkan belanja pemerintah juga diarahkan ke tingkat desa dan kabupaten terutama untuk pengembangan anak usia dini. Diharapkan peran Kementerian, pemerintah daerah, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi anak Indonesia. Ini dengan ada perbaikan layanan, kualitas dan koordinasi. Selain itu juga diharapkan ada survei terhadap masalah stunting sehingga juga membantu kesadaran masyarakat dan pengawasan terhadap program untuk mengatasi masalah kekurangan gizi anak Indonesia.

 

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya