Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 481 tenaga medis terdiri dari 87 dokter, 184 perawat, 187 bidan, dan 23 ahli gizi atau nutrisionis disiagakan oleh Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, dalam program pelayanan kesehatan bagi warga miskin atau tidak mampu bernama Layad Rawat. Program layanan kesehatan "jemput bola" ini akan diberlakukan terhitung pada 13 Juli mendatang.
Pelayanan Layad Rawat tersebut bertujuan agar warga Kota Bandung kelompok tersebut bisa memperoleh kemudahan pelayanan kesehatan. Terutama, bila ruangan di rumah sakit terdekat penuh, ekonomi tidak menunjang atau sulitnya memperoleh transportasi.
Selain itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita Sri Hasniarty, program Layad Rawat ini merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien langsung di tempat atau di rumahnya. Terutama untuk kasus yang perlu diberikan pertolongan dengan segera.
"Jadi, ada dua kriteria pasiennya. Pertama, ada yang memang sudah terdata oleh puskesmas dalam program Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat) yang sudah terdata di lingkup wilayah dan beberapa memang harus dikunjungi oleh petugas-petugas kesehatan," ucap Rita Verita Sri Hasniarty kepada Liputan6.com di Bandung, Rabu, 5 Juli 2017.
Baca Juga
Advertisement
Sementara kriteria pasien yang kedua adalah mempunyai kasus emergency atau darurat. "Contoh masyarakat miskin yang memang betul-betul miskin dan membutuhkan pertolongan segera atau dia sulit untuk menjangkau untuk ke pelayanan kesehatan, tapi dia harus segera ditolong," Rita menjelaskan.
Ia menuturkan, pasien penderita penyakit atau kejadian darurat yang akan menerima layanan kesehatan Layad Rawat tersebut di antaranya warga lanjut usia jatuh di rumah, hipertensi, serta pasien diabetes atau kencing manis yang harus memang dikontrol dan biasanya sudah terdata di puskesmas.
Rita menjelaskan pula, sekalipun terdapat skala prioritas pelayanan dalam program kesehatan terbarukan di Kota Bandung tersebut, kasus darurat lainnya akan tetap dilayani.
Hubungi Nomor 119
"Warga yang menjadi pasien ini bisa menjangkau tim ini (Layad Rawat) dengan melalui kader kesehatan yang menghubungi puskesmas (setempat) atau menghubungi nomor 119," ujar dia.
Menurut Rita, nomor itu khusus pelayanan kesehatan dan berikut ambulans. "Bisa juga menghubungi kader puskesmas. Atau keluarga ataupun tetangganya menghubungi ke puskemas dan puskesmas yang menghubungi ke 119, bisa juga sebaliknya," sebut Rita.
Tim Layad Rawat yang beranggotakan seorang dokter, perawat, bidan dan ahli gizi serta petugas kesehatan lingkungan akan segera meluncur ke lokasi warga yang menjadi pasien. Usai memeriksa pasien, menurut Rita, mereka memutuskan apakah dirawat di rumah atau harus dibawa ke rumah sakit.
Alasannya, lanjut Rita, beberapa penyakit hanya bisa dirawat di rumah. Misalnya, luka akibat diabetes atau penyakit yang berkelanjutan biasanya menimbulkan luka. Jika terpaksa harus dirawat di rumah sakit, maka ambulans di puskesmas setempat akan segera dipanggil oleh tim melalui 119 untuk memboyong pasien.
"Satu tim untuk satu Puskesmas UPT di tingkat kecamatan. Jadi, seluruhnya ada 30 tim di 30 puskemas," Rita menerangkan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung itu menyatakan pula, dengan layanan terbarukan ini, seluruh warga terutama ekonomi lemah diharapkan dapat terpenuhi pelayanan kesehatannya tanpa kendala.
Hanya saja, menurut Rita, jumlah seluruh tenaga medis program layanan kesehatan Layad Rawat itu masih dianggap masih kurang. Idealnya untuk melayani lebih dari dua juta warga Kota Bandung dan 325 ribu berkategori miskin dibutuhkan 1.110 petugas medis yang terdiri dari 200 dokter, 400 perawat, 300 bidan, dan 70 ahli gizi.
Saksikan video menarik di bawah ini: