Layanan Teknologi Keuangan Jadi Incaran Pelaku Usaha Start Up

Saat ini fintech di Indonesia memiliki bentuk beragam. Mulai dari layanan P2P (Peer-to-Peer) lending, e-money, payment gateway dan lainnya.

oleh Nurmayanti diperbarui 05 Jul 2017, 14:34 WIB
Sebuah iklan saat event penyelenggaraan Finspire di Jakarta, Rabu (9/11). Finspire ini diselenggarakan dalam 2 aktivitas yaitu Finspire frontrunner dan Finspire summit yang diikuti oleh 32 startup di bidang fintech. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Layanan teknologi finansial (financial technology/fintech) terus berkembang dan menjadi incaran pelaku usaha startup di Indonesia. Ini mengingat potensinya yang besar, seiring fungsionalitas layanan finansial yang umumnya menjadi penggerak sektor keuangan.

Seperti langkah perusahaan start-up, Jukir yang menjalin strategic partner untuk memperkuat bisnis dengan menggandeng PT Wallezz Finansial Teknologi, perusahaan di bidang fintech. Alhasil, Jukir kini menguasai sebagian saham di perusahaan pembayaran elektronik, Wallezz.

“Kami melakukan kerja sama strategis untuk memperkuat penetrasi inklusi keuangan di negeri ini, di mana kami memang berfokus untuk menyediakan layanan-layanan inovatif agar berbagai model transaksi dalam keuangan kami layani, baik white label maupun melalui brand wallezz," ujar Founder & CEO Wallezz, Christian Linting di Jakarta, Kamis (5/7/2017).

Saat ini fintech di Indonesia memiliki bentuk beragam. Mulai dari layanan P2P (Peer-to-Peer) lending, e-money, payment gateway dan lainnya.

Meski tak menyebutkan nilai pembelian saham di Wallezz, Christian Linting menilai fintech kini menjadi sektor yang diperebutkan banyak pihak dalam negeri dan luar negeri.

"Yang jelas melalui kerja sama ini, kami bersinergi untuk melayani berbagai kota di Indonesia melalui program smart city yang kami kembangkan bersama dengan Jukir dan bersihkan.id, aplikasi eBanking Bank Sampah (eBABA), karena masalah kota besar berkutat di Sampah, Parkir dan kemacetan, serta sangat bergantung pada digitalisasi pembayaran untuk menunjang smart city itu sendiri," dia menjelaskan.

Pendiri sekaligus CEO Jukir Budi Hartono berencana mensosialisasikan pembayaran jasa parkir melalui JuPay, yakni lewat tukang parkir. Saat ini, ratusan tukang parkir atau Jukir akan diajak bekerjasama untuk memperkenalkan JuPay.

Dengan menggunakan JuPay, masyarakat pengguna jasa parkir diharapkan untuk tidak lagi bertransaksi tunai. Ini merupakan langkah awal untuk masuk lebih jauh ke dunia digital yang serba cashless. Jukir berdiri sejak sejak 2016 dan memiliki banyak tukang parkir online yang tersebar di wilayah di Bekasi dan Tanggerang.

Pengguna layanan fintech di Indonesia diprediksi mencapai 17 juta, dengan nilai bisnis mencapai Rp 1 kuadriliun per tahun. Hal ini diungkap Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Dimitri Mahayana dalam paparan surveinya.

"Merujuk data ini, jika pengguna internet di Indonesia mencapai 130 juta, asumsinya sekitar 10-15 persen sudah memakai layanan fintech. Hitungan kami, jumlah pengguna fintech berkisar 13-17 juta," ujar Dimitri ditemui Tekno Liputan6.com di Bandung beberapa waktu lalu.

Fintech atau teknologi finansial adalah suatu inovasi di mana sektor finansial telah mengadopsi teknologi modern pada layanannya. 

Tonton video menarik berikut ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya